Indikasi In Vitro Fertilization/IVF
Indikasi tindakan in vitro fertilization atau IVF, yang disebut juga dengan bayi tabung, secara umum diperuntukan untuk semua pasangan yang mengalami infertilitas yang telah dilakukan berbagai terapi baik dengan proses ART (assisted reproductive technology). Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk hamil bahkan setelah satu tahun hubungan seksual tanpa kondom. Indikasi IVF lainnya adalah untuk pencegahan kecacatan genetik saat preimplantasi.[3-5,12]
Faktor Wanita
Faktor wanita yang menjadi indikasi dilakukan bayi tabung disebabkan gangguan/penyakit yang menyebabkan seorang wanita menjadi infertil. Kondisi yang menyebabkan wanita menjadi infertil adalah adanya masalah pada tuba, ovarium, dan uterus.[1,3-5,13]
Penyakit pada Tuba
Penyakit yang terjadi pada tuba seperti radang panggul, salpingitis, fibroid/polip tuba, atau perlengketan pasca operasi. Keadaan tersebut dapat menjadi faktor yang menyebabkan adanya penyumbatan pada saluran tuba. Jika saluran tuba tersumbat, sperma tidak akan pernah bisa bertemu dengan sel telur. Pada kondisi-kondisi tersebut, dapat dilakukan IVF setelah mendapat tatalaksana medis pada saat persiapan IVF.[13,14]
Penyakit pada Ovarium
Penyakit ovarium yang dapat menyebabkan infertil diantaranya polycystic ovary syndrome (PCOS), gangguan ovulasi, insufisiensi ovarium, dan abnormal ovum. Adanya gangguan-gangguan tersebut mempengaruhi siklus hormonal, sehingga berpengaruh pada sulitnya proses konsepsi. Oleh sebab itu, stimulasi dan petik sel ovum serta proses in vitro fertilization (IVF) dapat menjadi solusi infertilitas.[15-17]
Penyakit pada Uterus
Penyakit pada uterus seperti fibroid, polip endometrium atau endometriosis merupakan kondisi ginekologi yang mempengaruhi kemampuan implantasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan implantasi berulang. Teknologi ART melalui IVF yang ditransfer pada pendonor rahim atau surrogate mother dapat menjadi solusi dalam menginginkan buah hati. Akan tetapi, adanya surrogate mother masih kontroversial di Indonesia. Hal ini terkait dengan etik, sosial, hukum dan agama.[6,10-13,18]
Faktor Pria
Faktor pria yang menyebabkan infertilitas terkait dengan parameter semen yang abnormal, yang meliputi konsentrasi, bentuk dan motilitas sperma. Hal ini dinilai dalam 2 analisis semen yang dipisahkan selama 1 bulan. Selain itu, ketidakmampuan fungsional semen bergerak dalam kanal vagina juga dapat menyebabkan infertilitas dengan faktor pria. Usia paternal dilaporkan turut berpengaruh terhadap luaran IVF.[19-22]
Pencegahan Cacat Genetik
Pencegahan kecacatan dalam tindakan IVF dilakukan saat pre-implantation genetic testing (PGT) yang dilakukan sebelum embrio ditransfer ke uterus. Teknik PGT dilakukan pada wanita yang memiliki riwayat keguguran berulang, usia ibu lebih dari 38 tahun, kegagalan IVF berulang meskipun menggunakan embrio tingkat tinggi, kelainan genetik pada keluarga.[12,22,23]
Selain itu, PGT tergolong pemeriksaan invasif dengan melakukan biopsi terhadap 1 atau 2 sel embrio untuk menapis kelainan kromosom.[12,22,23]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati, MMedPH