Pedoman Klinis In Vitro Fertilization/IVF
Pedoman klinis tindakan in vitro fertilization atau IVF, yang disebut juga dengan bayi tabung, yang harus diperhatikan selama dilakukan kelima tahap tindakan, adalah untuk menghindari efek samping dan komplikasi tindakan IVF. Pedoman klinis harus disampaikan tidak hanya oleh dokter dan tim medis, tapi juga kepada pasien dan keluarga.
Pedoman Klinis untuk Dokter dan Tim Medis
Pedoman klinis untuk dokter dan tim medis untuk tindakan IVF yang utama adalah membedakan pasien yang baru pertama datang atau sudah beberapa kali berobat. Bagi pasangan dengan kasus infertilitas yang datang pertama kali, sebaiknya diberikan opsi sederhana penanganan awal sealamiah mungkin.
Penanganan awal untuk kasus infertilitas baru yang sederhana dilakukan dengan memformulasikan rencana tatalaksana yang disesuaikan dengan permasalahan infertilitas per individu. Hal ini dilakukan supaya penggunaan IVF tidak berlebihan.[53]
- Dokter menjelaskan apakah penyebab infertilitas dapat ditangani melalui medikasi dan pembedahan atau membutuhkan donor sperma, donor ovum, atau donor rahim
- Tim/ personel yang terlibat dalam tindakan IVF menyiapkan peralatan tindakan dan pencegahan terhadap human error
- Dokter memberikan informed consent untuk persetujuan tindakan IVF
- Dokter melakukan monitoring dan follow-up setiap tindakan untuk mencegah risiko dan komplikasi tindakan IVF[1,27-33,40,42,50,51]
Pedoman Klinis untuk Pasien dan Keluarga
Bagi pasien dan keluarga, pedoman klinis dilakukan untuk pasangan yang telah mengetahui penjabaran tentang tindakan IVF, mulai dari manfaat hingga komplikasi tindakan. Hal ini dilakukan agar pasangan siap secara mental, fisik, dan finansial dalam menjalani program IVF. Pedoman klinis lain yang diperlukan untuk pasien dan keluarga adalah sebagai berikut:
- Pasangan saling mendapat dukungan baik dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar pasangan
- Pasangan mengetahui penyebab infertilitas, apakah dari penyebabnya dari sperma, ovarium atau uterus
- Pasangan wanita perlu melakukan bedrest setelah transfer embrio dilakukan untuk beberapa waktu agar embrio benar-benar berimplantasi
- Setiap kali ada keluhan yang muncul dari tindakan pasangan dapat membuat janji bertemu dengan dokter, baik secara langsung ataupun melalui telemedicine
- Bila telah terjadi kehamilan kontrol bulanan wajib dilakukan untuk memonitoring kehamilan dan mencegah risiko komplikasi dalam kehamilan
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati, MMedPH