Edukasi Pasien In Vitro Fertilization/IVF
Edukasi pasien pada in vitro fertilization atau IVF, yang disebut juga dengan bayi tabung, dimulai dari proses decision-making, dimana pasien hendaknya diinformasikan secara lengkap mengenai keuntungan dan risiko prosedur ini, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan prosedur.
Keberhasilan Prosedur
Keberhasilan prosedur IVF bergantung pada banyak faktor, seperti penyebab infertilitas, usia maternal, usia paternal, dan variasi prosedur, namun angka keberhasilan prosedur ini sudah menjadi semakin baik dalam dekade terakhir. Sebuah penelitian oleh Wade et al. menunjukkan angka keberhasilan sebesar 37,5% pada tindakan IVF siklus pertama, dan 80,1% pada tindakan IVF siklus kelima.
Angka keberhasilan pada pasien dengan usia kurang dari 35 tahun juga lebih tinggi dibandingkan dengan pasien usia di atas 35 tahun, dengan hubungan antara usia dan keberhasilan signifikan secara statistik (p<0.05).[52]
Jumlah Embrio
Pasien harus berpartisipasi dengan dokter dalam membuat keputusan mengenai jumlah embrio yang ditransfer. Wanita di bawah usia 35 tahun yang baru dilakukan IVF siklus pertama sebaiknya disarankan untuk dilakukan transfer 1 embryo. Bila percobaan IVF sudah dilakukan beberapa kali, tapi tidak berhasil, maka dokter dapat merekomendasikan untuk mentransfer >1 embrio untuk meningkatkan kemungkinan hamil.
Angka keberhasilan implantasi lebih rendah pada wanita usia lebih dari 40 tahun. Akibat hal ini, disarankan kelompok usia ini diberikan transfer embrio lebih banyak, sampai lima embrio. Akan tetapi, wanita yang usianya lebih tua, yang menerima donor ovum dari wanita dengan usia lebih muda, direkomendasikan untuk mendapat maksimal 2 embrio.[54]
Edukasi Sebelum IVF
Edukasi pasien yang diberikan sebelum tindakan adalah:
Informed consent untuk prosedur IVF mengenai tujuan, manfaat, dan risiko dilakukannya tindakan bayi tabung
- Menenangkan pikiran pasien, karena faktor emosional dapat menyebabkan stress ataupun depresi sehingga dapat mengganggu siklus hormon, sehingga program yang sudah direncanakan terganggu
- Memperbaiki gaya hidup pada pasangan pria dan wanita seperti berhenti merokok, minum alkohol, makan-makanan bergizi, cukup istirahat, olahraga, mengatur pola makan
- Preparasi sperma agar tidak berhubungan selama 2 hingga 3 hari[1,3,28-31]
Edukasi Saat Tahapan IVF
Pada pasien yang mengonsumsi obat-obat fertilitas, diberi tahu bahwa dapat timbul efek samping seperti sakit kepala, mood yang labil, nyeri abdomen, hot flashes, perut kembung, serta sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) dengan gejala berupa mual, muntah, oliguria, dyspnea, pingsan, nyeri abdomen, dan penambahan berat badan sekitar 4,5 kg dalam 3-5 hari.
Edukasi yang diberikan saat pasien melalui tahapan tindakan dalam proses IVF:
- Merencanakan jadwal kontrol mingguan/bulanan serta pemeriksaan darah dan USG untuk mengetahui kematangan ovum
- Memberikan informasi mengenai gejala-gejala yang muncul setelah melalui tahapan tindakan, dapat membuat janji bertemu secara langsung atau melalui telemedicine[40,42,49,50]
Edukasi Setelah Selesai IVF
Setelah tindakan selesai dilakukan, pasien diberi tahu bahwa setelah prosedur aktivitas normal dapat dilakukan seperti biasanya, walaupun pada sebagian wanita diperlukan istirahat di rumah. Pasien juga diedukasi untuk mengenali gejala post prosedur yang normal terjadi, seperti keluar cairan jernih atau darah dari vagina setelah prosedur, kram ringan, kembung, konstipasi, dan nyeri payudara.
Edukasi yang diberikan setelah semua tahapan IVF selesai dilalui adalah tentang:
- Jadwal kontrol untuk follow-up tindakan transfer embrio dan memastikan implantasi embrio
- Medikasi untuk mendukung implantasi hingga kehamilan berlangsung
- Komplikasi yang mungkin akan muncul dalam kehamilan
- Kontrol bulanan kehamilan dan mencegah kelahiran prematur
- Pada keluarga/pendamping untuk membantu menghindarkan stress agar kehamilan sehat dan selamat
Proses pelaksanaan bayi tabung dapat kompleks dan memerlukan waktu. Hal ini terjadi karena IVF bukan hanya sekedar mempertemukan sperma dan ovum, namun sperma dan ovum yang akan digabungkan mesti dipastikan sehat dan normal untuk mencapai tujuan utama program bayi tabung.[28,40,42,50]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati, MMedPH