Teknik In Vitro Fertilization/IVF
Teknik tindakan in vitro fertilization atau IVF, atau yang disebut juga dengan bayi tabung, dibagi menjadi lima tahapan. Tahapan yang dilakukan meliputi stimulasi ovarium terkontrol, ovum pick-up/petik sel telur, preparasi sperma, inseminasi oosit/fertilisasi dan kultur, serta transfer embrio.[1,3]
Stimulasi Ovarium Terkontrol
Tahap stimulasi ovarium terkontrol juga disebut sebagai tahap medikasi dalam IVF. Tahapan ini bertujuan untuk mematangkan sel telur dan menghasilkan jumlah oosit multipel. Terdapat tiga elemen yang dilakukan secara berurutan yakni:
- Pemberian gonadotropin eksogen untuk menstimulasi perkembangan multi–
- Pemberian gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist atau antagonists untuk mensupresi fungsi hipofisis dan mencegah ovulasi prematur.
- Memicu maturasi final oosit, dilakukan 36 jam sebelum prosedur petik sel telur[1,3,27]
Ovum Pick-Up/Petik Sel Telur
Tahapan ovum pick-up/petik sel telur merupakan prosedur pengambilan oosit menggunakan jarum aspirasi dengan dipandu ultrasonografi (USG) transvagina.[1,3,27]
Preparasi Sperma
Tahapan preparasi sperma bertujuan untuk mengeliminasi plasma seminalis, debris dan kontaminan. Kemudian menyiapkan sperma dengan motilitas progresif, serta menghindari sperma dengan morfologi abnormal.[1,3,27]
Inseminasi Oosit/Fertilisasi dan Kultur
Tahapan inseminasi oosit/fertilisasi dan kultur bertujuan untuk mempertemukan sel telur dan sperma pada cawan petri laboratorium. Sperma diambil dengan cara injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI).[1,3,27]
Transfer Embrio
Tahapan transfer embrio dilakukan dengan memasukkan embrio hasil kultur ke dalam uterus. Pelaksanaan transfer embrio dilakukan dengan tuntunan USG transabdominal dan penggunaan kateter lunak lebih diutamakan. Embrio dipindahkan pada cleavage stage, yaitu 3 hari setelah pembuahan, atau saat blastokista, yaitu 5 hari setelah pembuahan. Jika prosedur ini berhasil, implantasi biasanya terjadi sekitar enam sampai sepuluh hari setelah pengambilan sel telur.[1,3,27]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk tindakan IVF yang perlu dilakukan adalah edukasi dan informed consent, memperbaiki lifestyle dan evaluasi infertilitas. Diperlukan beberapa waktu sebelum proses IVF dilakukan.[1,27,28]
Edukasi yang diberikan kepada secara bersamaan baik pasangan pria maupun wanita. Adapun edukasi yang diberikan mengenai IVF, prosedur, persiapan apa saja yang harus dilakukan, manfaat, risiko dan komplikasi tindakan, biaya dan juga memberikan informed consent.[1,28]
Memperbaiki Lifestyle
Memperbaiki lifestyle seperti pengaturan nutrisi, olahraga, menghindari penggunaan rokok dan alkohol, serta relaksasi diri untuk menghindari stres sangat membantu dalam kesuksesan program IVF. Berbagai faktor yang berhubungan dengan gaya hidup, seperti obesitas, merokok, penyalahgunaan zat lain dan konsumsi alkohol berat, berdampak negatif pada kesuburan pria dan wanita, dan assisted reproductive technology (ART).[29,30,31]
Evaluasi Infertilitas pada Pria
Evaluasi infertilitas pada pria dilakukan melalui analisis sperma. Jika semen memiliki jumlah dan/atau motilitas sperma yang rendah, morfologi yang buruk, atau progresifitas yang buruk dan bila selama ejakulasi tidak diperoleh sperma, sperma dapat diperoleh melalui prosedur pembedahan. Usia paternal dapat memengaruhi luaran IVF.
Analisis sperma juga digunakan untuk memutuskan apakah ICSI diindikasikan, berdasarkan morfologi sperma, jumlah, dan motilitas. Pasangan pria perlu diberi pesan untuk tidak berhubungan selama 2 hingga 3 hari sebelum tindakan preparasi sperma dimulai.[1,3,32]
Evaluasi Infertilitas pada Wanita
Evaluasi infertilitas pada wanita dilakukan dengan pemeriksaan anatomi organ reproduksi dan pemeriksaan hormonal. Pemeriksaan anatomi menggunakan USG dan/atau hidrosalphingografi (HSG) untuk mengidentifikasi polip atau fibroid endometrium, perlengketan, atau septa yang dapat mengganggu implantasi embrio. Bila kondisi rahim tidak variabel untuk berimplantasi dapat dipertimbangkan penggunaan donor rahim. Akan tetapi, di Indonesia penggunaan donor rahim masih kontroversial.[1,10,27]
Perawatan siklus hormonal diperlukan sebelum IVF berlangsung. Evaluasi hormon dilakukan pada siklus hari ketiga follicle-stimulating hormone (FSH) dan estradiol (E2), anti-mullerian hormone (AMH), atau jumlah folikel antral. Apabila pada hasil pemeriksaan hormon terdapat kelainan, maka wanita memiliki cadangan ovarium yang buruk. Bila masih ingin bertekad melanjutkan IVF, perlu mempertimbangkan penggunaan oosit donor. Akan tetapi, di Indonesia penggunaan oosit donor masih kontroversial.[1,10,27]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk tindakan IVF disesuaikan dengan setiap tahapan tindakan yang dilakukan.[1,5,33]
Peralatan yang diperlukan diantaranya:
- Alat pelindung diri, yang meliputi masker, sarung tangan steril, dan gaun pelindung
- Alat untuk mengambil darah pada saat evaluasi stimulasi ovarium, seperti spuit, swab alkohol, dan torniquet
- Ultrasonografi, untuk mengetahui kondisi uterus dan ovarium serta penuntun tindakan
- Meja periksa dan meja periksa anti getaran, perangkat pemantauan dan pemeliharaan pH dan suhu
- Inkubator triple gas control dan Inkubator meja untuk kultur embrio, centrifuge laboratorium
- Mikroskop yang cocok untuk penanganan dan manipulasi mikro oosit dan embrio, serta mikroskop inverted dengan teknologi mikromanipulasi (ICSI), multi block heating, precision water bath, laser untuk biopsi embrio, peralatan cryopreservation (tangki nitrogen cair untuk kriopreservasi sperma, oosit, dan embrio), dan sistem pemantauan nirkabel untuk tangki nitrogen cair
- Kap aliran laminar, media kultur, kulkas khusus, sistem penyaringan udara, sistem alarm
- Laser untuk biopsi embrio untuk diagnosis genetik praimplantasi (preimplantation genetic testing/ PGT)[1,5,33]
Posisi
Posisi pada tindakan IVF diperuntukan pada pasangan wanita dengan posisi litotomi. Posisi ini digunakan saat proses petik sel ovum dan transfer embrio. Posisi litotomi dilakukan dengan cara pasien berbaring terlentang dengan kaki abduksi 30 sampai 45 derajat, dengan lutut ditekuk dan kaki dipegang.[33-35]
Prosedural
Prosedur tindakan IVF dilakukan tahapan demi tahapannya.[1,33]
Stimulasi Ovarium Terkontrol
Prosedur yang dilakukan saat stimulasi ovarium terkontrol adalah menekan hormon gonadotropin dengan menyuntikan GnRH untuk mencegah ovulasi prematur. Setelah penekanan optimal tercapai gonadotropin eksogen disuntikan setiap hari untuk mendapatkan beberapa folikel.
Pada prosedur ini, pemeriksaan USG digunakan untuk memantau perkembangan folikel, ketika folikel telah matang dan mencapai ukuran yang diinginkan selanjutnya memicu maturasi final oosit dengan injeksi human chorionic gonadotropin (hCG).[1,3,36]
Ovum Pick-Up/ Petik Sel Telur
Petik sel telur dijadwalkan 34 sampai 36 jam setelah injeksi HCG. Pengambilan telur dilakukan di ruang bedah dengan sedasi intravena. Ovarium divisualisasikan menggunakan probe ultrasound vagina, selanjutnya folikel ovarium diaspirasi menggunakan jarum yang dipandu oleh ultrasonografi transvaginal. Setelah telur didapatkan, sel telur dipindah pada media khusus dan dikultur dalam inkubator hingga inseminasi.[1,36]
Preparasi Sperma
Preparasi sperma dilakukan setelah sampel sperma dikoleksi dimasukkan ke dalam kontainer steril dan dipreparasi di laboratorium dengan menghindari suhu ekstrim (kurang dari 20°C dan lebih dari 37°C).[1,3]
Inseminasi Oosit/ Fertilisasi dan Kultur
Inseminasi oosit dapat dilakukan dengan cara konvensional atau teknik ICSI. Prosedur ini dilakukan di bawah mikroskop inverted dengan teknologi mikromanipulasi (ICSI). Sampel semen disiapkan dengan mengisolasi sperma yang telah disentrifugasi densitas dan mencucinya dalam media dengan konsentrasi protein tinggi untuk meningkatkan kapasitas sperma.[1,3,36]
Kemudian diperoleh sperma dengan motilitas progresif konsentrasi antara 0.1-0.5x106/ml. Suspensi sperma sebaiknya di dalam medium berisi glukosa agar fungsi sperma bagus. Inkubasi oosit dan sperma dilaksanakan selama 12 sampai 18 jam. Identifikasi gamet saat inseminasi wajib dilakukan secara berulang atau double check.[1,3]
Transfer Embrio
Transfer embrio dipindahkan pada cleavage stage, yaitu 3 hari setelah pembuahan atau saat blastokista, yaitu 5 hari setelah pembuahan. Transfer embrio tidak memerlukan anestesi apapun. Embrio dimasukkan ke dalam kateter lunak dan ditempatkan di rongga rahim melalui serviks dituntun dengan USG transabdominal. Embrio ditempatkan 1 sampai 2 cm dari fundus uteri.[1,3,36]
Setelah transfer embrio, kateter diperiksa di bawah mikroskop untuk memastikan tidak ada embrio yang tertinggal di dalam kateter dan semua embrio berhasil ditempatkan di dalam rahim.
Jumlah embrio yang ditransfer akan tergantung pada tahap embrio, kualitas embrio, usia ibu, dan preferensi pasien.[54]
Preimplantation Testing (PGT)
Preimplantation testing dilakukan sebelum embrio ditransfer. Teknik PGT dimulai dengan melakukan biopsi pada embrio hari ketiga dalam stadium pembelahan 6 sampai 8 sel. Sel-sel yang diekstraksi dikirim untuk dianalisis ke cooper genomics dan/atau ingenomix. Selanjutnya, embrio yang dibiopsi divitrifikasi. Setelah hasilnya diterima, hanya embrio normal pasien akan ditransfer kembali.[1,3,36]
Follow-Up
Follow-up perlu dilakukan pada setiap tindakan untuk mengetahui keberhasilan serta timbulnya risiko dan komplikasi dari tindakan. Pada akhir seluruh tahapan IVF, follow-up dilakukan dengan USG untuk memastikan kehamilan dan monitoring secara berkala untuk memantau perkembangan kehamilannya. Pasien dapat diminta untuk membuat janji dengan tim IVF bila terdapat keluhan.[1,36,37]
Pada stimulasi ovarium terkontrol, follow-up dilakukan secara berkala dengan cara pemeriksaan darah untuk mengetahui level hormon terutama estrogen dan adanya tanda dan gejala dari ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS).
Follow-up juga dilakukan dengan USG untuk mengetahui kematangan sel telur. Pada wanita yang memiliki ovarium yang buruk, follow-up dapat dilakukan dengan cara transvaginal ovarian drilling (TVOD) yang dilakukan pada hari kedua setelah maturasi oosit untuk mengetahui respon ovarium.[38,39]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati, MMedPH