Teknik Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Teknik pemeriksaan bayi baru lahir saat persalinan terutama penilaian tone, term, breathing, untuk memutuskan langkah resusitasi selanjutnya, pemeriksaan organ lainnya dilakukan setelah kegawatdaruratan berhasil ditangani.
Teknik pemeriksaan bayi baru lahir didahului dengan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan. Data tentang jalannya resusitasi neonatus juga diperlukan bila pemeriksa bukan anggota tim resusitasi yang menangani bayi saat lahir.[1-3]
Pemeriksaan bayi baru lahir perlu mencakup kondisi umum, tanda vital, antropometri, kesesuaian dengan usia gestasi, pemeriksaan kepala, wajah, leher, bahu, lengan, tangan, dada, abdomen, genitourinari, anus, pinggul, kaki, punggung, kulit, dan pemeriksaan neurologi.[1,2]
Persiapan Pasien
Pasien disiapkan di tempat tidur bayi, infant warmer, atau kotak bayi. Bayi dipastikan sudah dalam kondisi stabil dan tidak membutuhkan resusitasi. Pastikan ruangan hangat dan pencahayaan cukup. Pastikan identitas bayi sebelum memeriksa bayi. Lakukan pemeriksaan dengan infection control precaution.[2,3]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
Infant warmer bila dibutuhkan untuk menjaga bayi tetap hangat
- Stetoskop
- Oftalmoskop
- Penekan lidah (tongue spatel)
- Pita ukur
- Timbangan
- Kurva pertumbuhan
Pulse oximeter[2,3]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan di tempat tidur bayi, seluruh bagian tubuh bayi harus terlihat oleh pemeriksa.[2,3]
Prosedural
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan untuk menapis adanya anomali kongenital. Pemeriksaan dilakukan segera setelah bayi lahir, kemudian dilakukan lagi secara detail dalam 48 jam setelah kelahiran atau sebelum pasien pulang dari rumah sakit.[2]
Pemeriksaan Pasca Lahir (Durante dan Pascaresusitasi)
Segera setelah lahir, bayi dinilai usaha napas dan tonus ototnya. Penilaian awal ini berguna untuk menentukan langkah selanjutnya dalam resusitasi neonatus.
Pada menit ke–1 dan 5 pasca lahir, lakukan penilaian skor APGAR bayi. Ada 5 komponen yang dinilai, yaitu laju nadi, usaha napas, tonus otot, iritabilitas refleks, dan warna kulit. Tiap komponen memiliki nilai 0,1, atau 2.[4,6]
Tabel 1. Skor APGAR
Skor Apgar | 0 | 1 | 2 |
Laju nadi | Tidak ada | <100x/menit | >100x/menit |
Usaha napas | Tidak ada | Menangis lemah; hipoventilasi | Menangis kuat |
Tonus otot | Flaccid | Sedikit fleksi | Gerak aktif |
Iritabilitas refleks | Tidak berespon | Meringis | Menangis, batuk, atau bersin |
Warna | Biru atau pucat | Akrosianosis | Merah muda |
Sumber: dr. Yoke K. Putri, M.Sc, Sp.A, IBCLC, 2020[2,8]
Pemeriksaan Kondisi Umum Bayi
Pemeriksaan kondisi umum bayi meliputi warna kulit bayi, integritas kulit, perfusi, kesadaran, apakah bayi bergerak aktif, postur, dan tonus otot.[1,2]
Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan suhu badan, nadi, laju pernapasan, dan saturasi oksigen perlu dilakukan sebelum beranjak ke pemeriksaan lainnya.[2,5]
Tabel 2. Tanda Vital Normal Bayi Baru Lahir, Usia Kehamilan 40 Minggu
Tanda vital | Rentang Normal |
Nadi | 120-160 kali/menit (dapat lebih rendah saat bayi tidur) |
Laju pernapasan | 40-60 kali/menit |
Tekanan darah sistolik | 60-90mmHg |
Suhu tubuh | 36,5-37,5 C |
Sumber: dr. Yoke K. Putri, M.Sc, Sp.A, IBCLC, 2020[2,5]
Saturasi oksigen pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan lamanya dari saat persalinan. Pada menit pertama persalinan, saturasi oksigen berkisar antara 60–65%, kemudian setelah ≥15 menit menjadi 90–95%. Hal ini karena masa transisi dari intrauterine ke dunia luar.[8]
Antropometri
Lakukan pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lingkar lengan atas. Hasil pengukuran berat badan kemudian dilakukan plotting pada kurva pertumbuhan sesuai usia gestasi.
Bayi yang berada antara persentil 10–90 disebut sesuai masa kehamilan (SMK). Bayi yang berada di bawah persentil 10 disebut kecil masa kehamilan (KMK). Bayi yang berada di atas persentil 90 diklasifikasikan sebagai besar masa kehamilan (BMK).[1,2,4]
Lingkar kepala dan panjang badan juga diplot pada kurva menurut usia gestasi untuk menentukan ada tidaknya asymmetric growth restriction. Asymmetric growth restriction adalah keadaan di mana bayi kecil tapi memiliki lingkar kepala normal.
Pada bayi dengan usia gestasi meragukan, tentukan usia gestasi dengan pemeriksaan dan penghitungan skor Ballard. Skor Ballard menilai maturitas fisik dan neurologi bayi.[1,2,4]
Kepala, Wajah, Leher
Amati bentuk kepala apakah brakiosefali, anensefali, plagiosefali, atau terdapat kelainan lain. Periksa juga ukuran kepala apakah normosefali, mikrosefali, atau makrosefali.[1,2,5]
Periksa kulit kepala, fontanela, sutura, mata, struktur posisi (adakah low set ear), posisi dan struktur hidung, kondisi oral (mulut, palatum, gigi, gusi, lidah, dan frenulum), serta ukuran rahang.
Periksa apakah terdapat sefalhematoma, caput succedaneum, dan perdarahan atau kelainan kepala karena trauma lahir. Periksa apakah terdapat wajah dismorfik yang mengarah ke sindrom tertentu atau kelainan bawaan.[1,2,5]
Bahu, Lengan, Tangan
Periksa gerak bayi apakah simetris. Periksa proporsi, panjang tangan, struktur, dan jumlah jari. Periksa apakah terdapat sindaktili atau polidaktili.[2,5,6]
Pada telapak tangan, periksa adakah simian line atau single palmar crease yang dapat merupakan tanda Down syndrome. Perlu diketahui bahwa tanda ini juga bisa didapatkan pada 3–10% bayi normal.
Periksa bahu dan pergerakan tangan bayi, identifikasi bila ada kelemahan gerak atau keterbatasan gerak karena brachial plexus injury.[2,5,6]
Dada
Periksa ukuran, bentuk, simetrisitas dan gerak dada saat anak bernapas, serta apakah ada retraksi dinding dada. Periksa juga jaringan payudara dan puting, suara jantung, laju nadi, suara napas, laju napas, dan gunakan pulse oximeter.[2,5]
Auskultasi suara paru dan pastikan bunyi napas simetris antara toraks kanan dan kiri. Bunyi pernapasan yang tidak simetris dapat mengindikasikan pneumothorax atau masalah paru lain. Dengarkan adanya suara merintih atau grunting.
Auskultasi jantung di setidaknya 4 lokasi, yaitu batas sternum kanan atas, batas sternum kiri atas, batas sternum kiri bawah, dan antara spatium intercosta ke–5 dan ke–6 pada linea midklavikula. Bunyi jantung ke–1 (S1) harus tunggal, dan bunyi jantung ke-2 (S2) terdengar split.[2,5]
Perut
Pada pemeriksaan abdomen atau perut, periksa ukuran, bentuk, dan kesimetrisan dinding abdomen. Lakukan palpasi hepar, limpa, dan ginjal, serta periksa umbilikus.
Saat memeriksa perut, sebaiknya gunakan 1 tangan untuk memegang kaki dan memfleksikan lutut untuk membantu bayi rileks, dan gunakan tangan satunya untuk palpasi abdomen. Bentuk abdomen skafoid mengindikasikan hernia diafragma, sementara distensi abdomen mengarah ke obstruksi intestinal.[2,5]
Adanya gastroschisis atau omfalokel memerlukan pengananan bedah segera.[2,5]
Umbilikus harus diperiksa untuk mengetahui tanda infeksi maupun perdarahan aktif. Dalam umbilikus harus ada 2 arteri dan 1 vena. Umbilikus yang hanya terdiri atas 1 arteri biasanya berhubungan dengan abnormalitas kongenital seperti anomali renal, intrauterine growth restriction, dan prematuritas.
Hernia umbilikalis dapat menjadi temuan yang wajar pada bayi baru lahir, sangat jarang menjadi inkarserata atau strangulata, dan biasanya membaik sendiri setelah anak berusia 3 tahun.
Auskultasi perut pada 4 kuadran perut untuk memastikan adanya bunyi peristaltik usus. Palpasi dilakukan untuk mencari adanya massa atau organomegali, seperti hepatomegali dan splenomegali.[2,5]
Genitourinari
Pemeriksaan genitourinari berbeda antara laki–laki dan perempuan.
Pemeriksaan Genitourinari pada Laki–laki:
Untuk laki–laki, periksa penis, preputium, dan apakah testis sudah turun ke skrotum. Adanya bilateral undesensus testis, mikropenis, atau bifid skrotum perlu diinvestigasi terkait ambigus genitalia. Periksa skrotum untuk adanya hernia inguinalis atau hidrokel. Periksa apakah ostium uretra eksterna berada di ujung penis. Pastikan tidak ada hipospadia.[2,6]
Pemeriksaan Genitourinari pada Perempuan:
Untuk perempuan, periksa klitoris, labia, dan hymen. Bayi perempuan cukup bulan akan memiliki labia mayor yang prominen, sementara bayi kurang bulan memiliki labia minor yang prominen.
Lendir putih atau sedikit darah mungkin ada di sekitar kemaluan bayi dan merupakan respon normal dari withdrawal estrogen ibu. Pada bayi dengan klitoromegali dan fusi labia, harus dicurigai ambigus genitalia dan harus dilakukan pelacakan lebih lanjut penyebabnya.[2,6]
Anus dan Rektum
Pada semua bayi, periksa posisi anus dan patensinya. Amati pasase urin dan feses. Ketiadaan anus (atresia ani) atau anus imperforata menandakan adanya kelainan atau sindrom kongenital.[1,2]
Pinggul dan Kaki
Lakukan manuver Ortolani dan Barlow untuk mengetahui adanya hip dysplasia. Periksa panjang kaki, proporsi, kesimetrisan, dan jumlah jari. Amati telapak kaki dan pergelangan kaki, adakah talipes equinovarus atau club foot.[1,2]
Punggung
Periksa tulang belakang, kulit, serta simetrisitas skapula dan pantat. Perhatikan adanya lesi atau kelainan, seperti sacral dimple seperti pada neural tube defect.[1,2]
Neurologi
Periksa perilaku, gerak, dan postur bayi. Evaluasi tonus otot, apakah bayi bergerak spontan, menangis, dan bagaimana refleks primitif bayi.[2,6]
Kulit
Amati adakah lesi kulit seperti hemangioma, nevus, Mongolian spot, café au lait spot, atau lesi kulit lain.
Amati pula adakah ikterus. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama kehidupan merupakan salah satu tanda bahaya pada ikterus neonatus dan bukan merupakan hal normal, sehingga harus dicari penyebabnya.[1,6]
Follow up
Untuk bayi baru lahir, dianjurkan kontrol setidaknya 3 kali, yaitu pada usia 6–48 jam, 3–7 hari, dan 8–28 hari.[3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli