Pendahuluan Pemasangan Kateter Interkostal
Pemasangan kateter interkostal (chest tube) atau yang dikenal juga sebagai prosedur tube thoracostomy bertujuan untuk melakukan drainase udara atau cairan dari kavum interpleura. Tindakan ini sering dilakukan pada kasus pneumothorax, hemothorax, efusi pleura, empiema, dan chylothorax.
Adanya udara atau cairan dalam kavum interpleura dapat menghambat ekspansi paru saat bernapas, sehingga pasien dapat mengalami sesak napas atau bahkan hipoksia. Pemasangan kateter interkostal dapat mengembalikan tekanan negatif intrapleura, sehingga paru dapat kembali mengembang dengan leluasa.
Biasanya kateter interkostal disambungkan ke sistem water seal drainage (WSD) guna menciptakan sistem katup searah, sehingga udara atau cairan yang sudah keluar tidak kembali lagi ke kavum interpleura. Kateterisasi interkostal ini bisa berfungsi untuk menata laksana trauma dinding dada (seperti kondisi pneumothorax traumatik atau hemothorax), mempercepat kesembuhan pascaoperasi, dan meredakan sesak pada efusi pleura masif berulang, seperti pada penderita keganasan. TIndakan pleurodesis juga dapat dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya efusi pleura masif yang berulang. Pada pleurodesis kimia dapat dilakukan dengan sclerosing agent yang bersifat merusak sel mesotelial pleura sehingga terbentuk adhesi antara pleura.
Dokter harus mengedukasi pasien terkait risiko komplikasi yang mungkin terjadi pada kateterisasi interkostal, baik risiko komplikasi early (<48 jam setelah prosedur) maupun late (>48 jam setelah prosedur). Contoh komplikasi early adalah perdarahan, trauma organ lain, malposisi tube, serta emfisema subkutis. Sementara contoh komplikasi late adalah re-expansion pulmonary oedema (RPO), infeksi, dan empiema.[1-3]