Pedoman Klinis Transfusi Darah
Pedoman klinis pada transfusi darah dimulai dari indikasi dibutuhkannya transfusi darah seperti syok hipovolemik hingga koagulopati. Persiapan dilakukan pada donor dan resipien. Tindakan skrining, pemilihan tipe komponen darah, penulisan kertas permintaan hingga prosedur pemberian komponen darah.
Pedoman klinis pada transfusi darah adalah sebagai berikut:
- Transfusi darah adalah satu proses memindahkan darah dari satu orang (donor) kepada orang lain (penerima). Prosedur ini dibutuhkan dalam beberapa keadaan antara lain: untuk menggantikan volume darah akibat kehilangan darah yang bersifat akut mengobati anemia yang tidak respon terhadap pengobatan lain, dan mengobati kelainan darah seperti thalassemia dan anemia sel sabit[3-5]
- Prosedur transfusi dapat dibagi menjadi prosedur pengambilan darah dari donor dan prosedur transfusi darah kepada penerima. Selanjutnya dilanjutkan dengan tindakan follow up antara lain menanyakan adanya gejala efek samping, mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan frekuensi napas) sebelum transfusi dimulai, 15 menit setelah proses transfusi dimulai, setiap satu jam dan setelah proses transfusi selesai dan mendokumentasikannya[2-4]
- Komplikasi yang dapat terjadi dapat berupa reaksi akut yang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam antara lain reaksi alergi, reaksi hemolitik, reaksi transfusi non hemolitik, transfusion associated acute lung injury (TRALI), transfusion associated circulatory overload (TACO), dan sepsis akibat transfusi serta risiko lambat yang terjadi dalam waktu lebih 24 jam antara lain reaksi hemolitik lambat, Graft Versus Host Disease (GVFD) dan infeksi yang menular melalui proses transfusi[3,5,8]
Direvisi oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina