Indikasi CT Scan Toraks
Indikasi CT scan thorax didasarkan pada temuan klinis dengan kecurigaan adanya kelainan pada paru ataupun organ pada regio thorax lainnya. CT scan thorax juga diindikasikan apabila terdapat temuan abnormal pada hasil pemeriksaan radiologis sebelumnya.
Hampir pada keseluruhan skenario klinis, foto thorax sebaiknya dilakukan terlebih dahulu. Temuan-temuan pada foto thorax dapat menjadi pedoman dalam menentukan jenis pemeriksaan CT scan yang tepat, yakni CT scan thorax tanpa kontras atau dengan kontras.[4]
CT Scan Thorax Tanpa Kontras
CT scan thorax tanpa kontras dapat dilakukan dengan berbagai protokol seperti CTscan thorax tanpa kontras rutin dengan dosis standar, dosis rendah atau low-dose (LDCT), dan dosis ultra rendah atau ultra low-dose (Ultra-LDCT).
Indikasi umum pemeriksaan CT scan thorax tanpa kontras berupa diagnosis atau follow-up kelainan pada rongga thorax seperti infeksi paru, penyakit paru obstruktif kronik, bronkiektasis, interstitial lung disease, nodul paru dan metastasis.
Protokol LDCT thorax dengan dosis <3 mSv dapat digunakan pada pasien yang memerlukan pencitraan berulang seperti skrining kanker paru dan pasien dengan interstitial lung disease.
Selain itu, LDCT juga cukup sensitif dalam mendeteksi bronkiektasis pada pasien anak dan dewasa. Protokol CT dengan dosis <1 mSv disebut sebagai Ultra-LDCT dibatasi penggunaannya pada skrining/surveilans dan bukan untuk evaluasi rutin parenkim paru.[4–6]
CT Scan Thorax Dengan Kontras
CT scan thorax dengan kontras rutin dapat dilakukan untuk mendapatkan detail lebih pada struktur vaskular dan pleura. Pada kasus trauma dada, penggunaan kontras intravena dapat memberikan gambaran aorta dan pembuluh arteri yang lebih jelas sehingga dapat membantu mendeteksi cedera pada pembuluh darah dan jaringan lunak.
Penyengatan kontras pada pleura dapat membantu evaluasi efusi eksudatif, empiema, keganasan primer atau metastasis pada pleura. CT scan thorax dengan kontras juga dapat dilakukan untuk staging lengkap kanker paru meliputi ukuran, keterlibatan kelenjar getah bening, hingga evaluasi metastasis jauh.
Beberapa contoh kondisi yang memerlukan pencitraan dengan kontras antara lain adalah pyrexia of unkown origin (PUO), staging dan follow-up limfoma, serta evaluasi nodul paru soliter.[4,7–9]
CT Pulmonary Angiography dan CT Angiography
Terdapat protokol CT scan dengan kontras untuk visualisasi pembuluh darah seperti CT pulmonary angiography (CTPA) dan CT angiography (CTA). Pemeriksaan CTPA dapat dilakukan pada kasus suspek emboli paru dan evaluasi penyebab hipertensi arteri pulmonalis.
Pemeriksaan CTA berfokus pada sirkulasi sistemik seperti aorta dan percabangannya. Beberapa skenario klinis yang memerlukan pemeriksaan CTA berupa evaluasi hemoptisis, suspek diseksi/aneurisma aorta, mendeteksi arteri yang anomali pada malformasi paru kongenital.[4]
Protokol CT scan multifasik dapat memberikan gambaran fungsional dalam mengevaluasi massa atau nodul. Hal ini dikarenakan jenis tumor yang berbeda akan mengalami opasifikasi pada fase yang berbeda-beda setelah injeksi kontras intravena bergantung pada histologi dan jumlah angiogenesis pada tumor tersebut.
Dynamic Contrast-Enhanced CT
Terdapat dua mode dasar dalam melakukan dynamic contrast-enhanced CT (DCE-CT), yaitu dynamic multiphase CT dan dynamic first-pass CT atau disebut juga sebagai perfusion CT.
Pada teknik dynamic multiphase CT, pengambilan gambar multipel dilakukan pada jeda waktu tertentu yang telah ditetapkan yang mengacu kepada injeksi kontras inisial. Sementara pada teknik dynamic first-pass CT, teknik ini mengevaluasi pasase inisial dari kontras media saat melalui ruang intravaskular dengan cara mengambil gambaran baseline tanpa kontras yang diikuti dengan pengambilan gambar serial setelah injeksi kontras.
Analisis dari perubahan temporal pada jaringan yang telah mengalami penyengatan kontras dapat menghasilkan gambaran berbagai parameter terkait perfusi sehingga mencerminkan status vaskular dari jaringan tersebut.[4]
CT Scan Thorax pada Anak
Pemeriksaan CT scan thorax pada anak dapat dilakukan tanpa dan dengan kontras. Penggunaan CT multifasik dibatasi dan pada sebagian besar kasus CT dengan fase tunggal sudah memadai. Dynamic perfusion CT hampir tidak pernah dilakukan. timbangkan penggunaan ultrasonografi (USG) dan magnetic resonance imaging (MRI) bila memungkinan.[1,4]