Teknik USG Toraks
Teknik ultrasonografi/USG toraks diawali dengan identifikasi kavum dan dinding thorax, dilanjutkan dengan identifikasi kelainan parenkim paru dengan evaluasi adanya artefak. Pemeriksaan USG toraks tidak memerlukan persiapan pasien secara spesifik. Posisi pasien dapat berbaring maupun duduk sesuai kasus. Pemeriksaan menggunakan probe linear dengan frekuensi 9−12 MHz.[1,3,6]
Persiapan Pasien
Pemeriksaan USG toraks tidak memerlukan persiapan pasien. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bedside pada pasien kritis di unit gawat darurat maupun di ruang perawatan intensif. Beberapa pedoman telah menetapkan pemeriksaan USG toraks lebih utama pada kasus pneumotoraks trauma.[6,7,10]
Hal penting sebelum memulai pemeriksaan adalah informed consent dari pasien atau keluarga pasien. USG toraks mungkin akan menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien trauma sehingga perlu diinformasikan. Sebelum pemeriksaan USG toraks, penilaian klinis, pemeriksaan fisik cavum dan dinding thorax perlu dilakukan untuk memahami gambaran klinis pasien.[7,10]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaan USG toraks adalah:
- Mesin USG yang terdiri dari monitor, keyboard, processor, probe, dan transduser
- Mesin penyimpan gambar
- Gel[1-3,8]
Probe
Pemeriksaan USG toraks lebih sering menggunakan probe linear dengan frekuensi 9−12 MHz. Probe linear dapat digunakan untuk menilai jaringan lunak, tulang rusuk, dan pleura, serta sebagai penuntun saat tindakan biopsi tumor dinding toraks.[1–3]
Tranduser
Jenis transduser yang digunakan untuk pemeriksaan USG toraks adalah:
Phased array transducer, di mana baik digunakan untuk pemeriksaan organ jantung
Convex transducer dengan frekuensi rendah 3–5 MHz, yang dapat digunakan untuk menilai efusi, konsolidasi, dan perluasan garis-B (B-lines), karena memiliki penetrasi yang dalam tetapi resolusi yang kurang baik
Linear transduser dengan frekuensi tinggi 6–13 MHz, yang baik untuk menilai pneumotoraks, karena memiliki resolusi yang baik tetapi memiliki penetrasi ke organ yang buruk[1–3,8]
Posisi Pasien
Saat pemeriksaan, pasien dapat dalam posisi sebagai berikut:
- Supinasi dengan lengan abduksi, untuk pemeriksaan dinding dada anterior dan lateral
- Lateral dekubitus dengan lengan ke anterior, untuk menilai dinding toraks lateral dan posterior
- Duduk[3,6]
Posisi pasien disesuaikan dengan keluhan dan hasil pemeriksaan fisik pasien. Jika curiga efusi pleura maka cairan akan terkumpul pada inferior paru, sedangkan pada pneumotoraks maka udara akan terkumpul pada apeks paru.[3,6]
Prosedural
Prosedur USG toraks dilakukan pada seluruh permukaan toraks dengan meletakkan probe pada dada. Umumnya operator menggunakan probe linear dengan frekuensi 9−12 MHz untuk penilaian awal kondisi pleura, parenkim paru, diafragma, tulang iga, dan organ sekitar.
Pertama, operator akan menilai batas dinding paru, seperti jaringan subkutan, otot, dan tulang iga. Kemudian menilai batas bawah, seperti diafragma, hepar, limpa, jantung, dan pembuluh darah besar.[6,9]
Gambar 2. Pembagian Zona dalam USG Thorax dan Gambaran B-lines.
USG toraks menggunakan teknik pemeriksaan 8 zona, yang terdiri dari 4 area di sisi kanan dan 4 area di sisi kiri. Teknik ini terutama digunakan pada kondisi darurat, seperti pasien dispnea akut atau edema paru. Pada gambar 2, dapat dilihat adanya gambaran B-lines dari panah berwarna putih.
Empat area di masing-masing sisi adalah area 1 dada antero-superior, area 2 dada antero-inferior, area 3 dada latero-superior, dan area 4 dada latero-inferior. Area ini dibagi dengan garis linea axillaris anterior (AAL), linea axillaris posterior (PAL), dan linea parasternal (PSL).[6,9,13]
Gambar 3. Seashore Sign, Bat Sign, A-lines, dan B-lines.
Beberapa istilah gambaran dan artefak yang ditemukan pada USG toraks adalah:
Lung sliding adalah kondisi normal yang muncul karena pergerakan pleura viseral dan pleura parietal, di mana membran pleura yang sangat tipis akan terlihat ekogenik dan bergerak ketika pasien bernafas
Seashore sign adalah gambaran seperti tepi pantai merupakan lung sliding yang terlihat dengan menggunakan mode-M
Lung pulse adalah pergerakan paru akibat pergerakan jantung, gambaran ini akan terlihat baik menggunakan USG mode-M maupun doppler
Bat sign adalah gambaran dari garis pleura di antara dua tulang iga
- Garis-A adalah garis horizontal hiperekoik bentuk horizontal parallel garis pleura, gambaran ini adalah artefak normal dan mengindikasikan permukaan paru yang normal dan paru yang terisi udara
- Garis-B, atau disebut komet paru ultrasound, adalah garis vertikal hiperekoik yang muncul dari garis pleura dan meluas ke bagian bawah, di mana garis ini bergerak bersamaan dengan lung sliding. Gambaran ini dapat ditemukan pada keadaan normal dan edema paru[3,9,11,12]
Pemeriksaan Pleura
Probe diposisikan longitudinal atau oblik pada sela iga untuk menilai pleura. Pada potongan longitudinal akan terlihat bat sign, tanda ini menunjukkan costae atas dan bawah sebagai bat wings. Lebih dalam akan terlihat garis pleura di belakang bat sign. Sedangkan pada potongan oblik, garis pleura akan terlihat jelas tanpa ada bayangan dari costae.[9,11]
Gambar 4. Pneumothorax pada USG Thorax.
Pemeriksaan pleura membantu identifikasi efusi pleura dan pneumotoraks. Cairan bebas pada efusi pleura dengan paru yang mengembang akan tampak sebagai gambaran curtain sign. Curtain sign tampak pada sudut kostofrenikus, di mana gerakan paru relatif menutupi subdiafragma dan diafragma saat inspirasi.[9,11,12]
Pada pneumotoraks, dapat menunjukkan gambaran khas, yaitu:
-
Stratosphere sign, yaitu hilangnya gambaran seperti pasir pada M-mode yang harusnya menunjukkan seashore sign
- Gambaran lung sliding tidak ada
- Garis-B/B-lines menghilang
- Terdapat lung point pada M-mode, yang merupakan titik pertemuan antara pleura dan paru yang sehat dengan bagian yang pneumothorax[9,11,12,14]
Adanya gambaran lung pulse pada M-mode dapat mengidentifikasi tidak adanya pneumothorax pada area yang diperiksa. Lung pulse menunjukkan ventilasi yang buruk.[9,11,12]
Pemeriksaan Parenkim Paru
USG toraks pada umumnya tidak dapat menilai parenkim paru secara langsung, karena paru berisi udara yang tidak tervisualisasi dengan gelombang ultrasound. Operator dapat melihat artefak sebagai petunjuk untuk mendiagnosis patologi parenkim paru.
Adanya area konsolidasi pada parenkim paru menandakan proses inflamasi, misalnya pada pneumonia. Konsolidasi dengan air bronchogram merupakan khas pneumonia. Air bronchogram adalah struktur tubular bercabang anekoik/hipoekoik sepanjang bronkus. Air bronchogram yang dinamik adalah air bronchogram yang muncul saat inspirasi dan hilang saat ekspirasi.[9,12]
USG parenkim paru dapat menilai pneumonia, atelektasis, emboli paru, dan massa tumor sebagai berikut:
- Pneumonia terdapat area hipoekoik dengan tepi ireguler, B-lines, dan air bronchogram di tengah fokus hiperekoik (konsolidasi). Pada pneumonia, air bronchogram bersifat dinamik sehingga menyingkirkan diagnosis atelektasis
Atelektasis ditemukan area konsolidasi dengan ekogenisitas yang homogen, air bronchogram statik, dengan pola vaskularisasi yang normal
- Massa tumor yang berbatasan dengan pleura dapat terlihat sebagai gambaran struktur bulat atau oval hipoekoik, atau terkadang juga dapat hiperekoik
- Massa kistik adalah lesi hipoekoik murni dengan batas tegas
- Nekrotik jaringan yang berasal dari abses ataupun tumor nekrosis akan memberi gambaran hipoekoik dengan dinding hiperekoik[1,6,7,9,12,15]
Pemeriksaan Diafragma
Pemeriksaan USG toraks untuk menilai diafragma lebih sulit, terutama hemidiafragma kiri, karena udara gaster menghalangi transmisi sinar ultrasound. Pemeriksaan menggunakan USG lebih untuk menilai trauma diafragma lebih sulit. Pemeriksaan USG lebih mudah untuk menilai karakteristik pergerakan diafragma, seperti amplitudo, pola, kecepatan, dan ketebalan diafragma saat inspirasi.[9,12]
Pemeriksaan Tulang Costae dan Sternum
USG toraks dapat menilai fraktur tulang costae/iga dan sternum pada kasus trauma toraks. Pemeriksaan USG akan menunjukkan fenomena cerobong asap (chimney phenomenon) pada resonansi posterior di titik trauma. Fenomena ini dapat membantu diagnosis fraktur walaupun tidak terdapat pergeseran dari patahan tulang. Selain menilai fraktur, USG toraks pada kasus trauma juga untuk menilai komplikasi, seperti hematoma, hemotoraks, atau pneumotoraks.[6,11]
Follow up
Follow up setelah pemeriksaan USG toraks adalah menyesuaikan hasil dengan klinis. Temuan abnormal dari USG toraks mungkin memerlukan tindakan segera dalam kondisi darurat, seperti thoracocentesis, penempatan kateter interkostal, atau operasi.
Pasien dalam kasus infeksi atau massa tumor mungkin memerlukan pemeriksaan diagnostik lain, seperti biopsi, computerized tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) paru.[3,4,7]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli