Indikasi Laryngoscopy
Indikasi laryngoscopy secara umum adalah untuk visualisasi laring, yakni untuk membantu penegakan diagnosis kanker laring, dan sebagai manajemen jalan napas, yaitu untuk intubasi dan pemasangan endotracheal tube (ETT). Masing-masing jenis laryngoscopy memiliki indikasi dan tujuan tersendiri.
Direct Laryngoscopy
Direct laryngoscopy merupakan bagian dari manajemen jalan napas dengan menggunakan alat laryngoscope rigid di bawah pengaruh anestesi umum. Tindakan ini dapat dilakukan di IGD, intensive care unit (ICU), atau ruang operasi. Indikasi direct laryngoscopy adalah untuk membantu insersi endotracheal tube (ETT) bagi pasien yang tidak bisa mengamankan jalan napasnya sendiri, seperti pasien dengan gagal napas dan penurunan kesadaran; serta pada pasien yang akan menjalani operasi dengan anestesi umum.[2-3,7]
Indirect Laryngoscopy
Indirect laryngoscopy dapat dilakukan pada pasien rawat jalan atau pada situasi gawat darurat di IGD. Tindakan ini berguna untuk evaluasi jalan napas; membantu penegakan diagnosis; dan membantu tata laksana, seperti ekstraksi benda asing atau eksisi nodul. Indirect laryngoscopy merupakan jenis laryngoscopy yang paling sederhana, dengan menggunakan kaca laring.[2,5-6]
Evaluasi Jalan Napas
Evaluasi jalan napas menggunakan laryngoscopy dilakukan pada pasien dalam kondisi gawat darurat, misalnya pasien dengan angioedema, epistaksis yang tidak terkontrol, trauma servikofasial, stridor, atau tertelan benda asing.[1-2,9]
Membantu Penegakan Diagnosis
Laryngoscopy dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasien dengan keluhan batuk kronis, disfonia, disfagia, otalgia persisten, sensasi benda asing dan gejala aspirasi. Laryngoscopy juga berguna dalam membantu diagnosis beberapa penyakit, seperti gastroesophageal reflux disease (GERD), tuberkulosis, sarcoidosis, alergi, atau pada penyakit neurologis.[1,2,9]
Ekstraksi Benda Asing
Evaluasi pasien dengan keluhan benda asing di tenggorokan dapat dilakukan menggunakan laryngoscopy indirect, direct, maupun flexible fiberoptic. Alat bantuan, seperti tongue depressor dan macintosh laryngoscope, dapat digunakan untuk ekstraksi benda asing.[10]
Flexible Fiberoptic Laryngoscopy
Flexible fiberoptic laryngoscopy, atau disebut juga video laryngoscopy, dapat dilakukan di klinik rawat jalan atau IGD. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan fiber optic laryngoscope yang fleksibel, yang dimasukkan melalui mulut atau hidung. Gambar laring yang diperiksa dapat direkam dan ditampilkan pada monitor.[2,8]
Pada pasien dengan karakteristik tertentu yang sulit dilakukan direct laryngoscopy, flexible fiberoptic laryngoscopy dapat menjadi salah satu solusi.
Kondisi berikut merupakan pasien dengan jalan napas yang sulit dilakukan intubasi:
- Micrognatia
- Fraktur mandibula
- Trismus
- Obstruksi parsial seperti papiloma atau supraglottitis
- Kebutuhan intubasi dalam keadaan pasien sadar
- Trauma servikal atau instabilitas servikal
- Insufisiensi arteri vertebrobasiler
- Ekstensi leher tidak dapat dilakukan, misalnya pada pasien dengan rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis
- Riwayat radiasi kepala dan leher
- Kelainan kraniofasial[8,11]
Bullard Laryngoscopy
Bullard laryngoscopy dilakukan menggunakan fiberoptic laryngoscope jenis rigid yang dirancang untuk pasien yang sulit untuk diintubasi. Laryngoscopy jenis ini memungkinkan visualisasi laring tanpa memerlukan aksis faring, laring, dan oral berada dalam garis yang sejajar. Bullard laryngoscope dapat digunakan pada pasien yang dapat membuka mulut hanya 6 mm.[4]
Indikasi Bullard laryngoscopy adalah sebagai berikut:
- Pasien obesitas dengan leher yang tebal dan pendek
- Hipertrofi payudara
- Insisivus yang menonjol, posisi mandibula yang mundur, laring anterior, massa intraoral, edema, bekas luka, adanya sekret, atau perdarahan
- Pembukaan mulut terbatas karena masalah struktural, seperti sindrom sendi temporomandibular, ankylosis, lidah besar, atau fraktur pada wajah
- Tidak mampu untuk memposisikan pasien secara optimal untuk intubasi, seperti pada kelainan dan/atau ketidakstabilan tulang belakang servikal (misalnya, kifosis dengan barrel chest, dan fraktur tulang belakang). Intubasi pada pasien dengan kelainan servikal menggunakan Bullard laryngoscopy dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat daripada dengan flexible fiberoptic laryngoscopy[4]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri