Pedoman Klinis Pemeriksaan Penciuman
Pedoman klinis pemeriksaan penciuman atau pemeriksaan fungsi penghidu yang perlu dipahami oleh klinisi adalah penentuan indikasi, penentuan jenis pemeriksaan yang sesuai dengan keluhan pasien, persiapan, dan langkah pemeriksaan itu sendiri. Secara umum, poin-poin yang perlu diperhatikan adalah:
- Pemeriksaan penciuman dilakukan bila ada indikasi gangguan olfaktori, baik karena disfungsi konduksi (misalnya karena polip atau deviasi septum), disfungsi sensorik neuroepitel olfaktorius (misalnya karena rhinitis alergi), atau karena gangguan neurologis seperti trauma kepala dan penyakit neurodegeneratif
- Pasien tidak diperbolehkan merokok, menggosok gigi, makan, ataupun minum cairan lain selain air putih minimal 15–60 menit sebelum tes. Dokter memakai sarung tangan bersih yang tidak berbau selama menjalankan tes
- Pemeriksaan penciuman yang sering dilakukan adalah pemeriksaan subjektif, yaitu meliputi skrining awal, pemeriksaan kuantitatif (menilai hiposmia atau anosmia), dan pemeriksaan kualitatif (menilai perubahan persepsi bau)
- Beberapa instrumen yang sering digunakan untuk pemeriksaan penciuman adalah Sniffin’ Sticks, University of Pennsylvania Smell Identification Test (UPSIT), dan uji dari The Connecticut Chemosensory Clinical Research Center (CCCRC)
- Berikan edukasi pada pasien terkait tujuan pemeriksaan, lama pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan ketika telah selesai[1-4,9,10]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini