Indikasi Swab Nasal
Indikasi swab nasal adalah untuk identifikasi patogen infeksius pada pasien yang menunjukkan gejala saluran napas atas. Beberapa contoh kasus dimana swab nasal menjadi alat diagnostik adalah influenza, infeksi respiratory syncytial virus (RSV), dan COVID-19.
Infeksi Virus
Selain untuk infeksi bakteri, swab nasal dapat dilakukan pada kasus infeksi virus, seperti rubella, pertusis, dan campak.
Infeksi respiratory syncytial virus (RSV) dapat mengenai bayi, orang tua, maupun orang dengan sistem imun yang rendah. Infeksi ini dapat menyebabkan gejala yang sedang hingga berat. Gejala yang dialami mirip dengan influenza, termasuk hidung berair, hidung tersumbat, batuk, dan kesulitan bernapas. Pada infeksi RSV dilakukan swab nasal, kemudian spesimen dapat diperiksa dengan kultur, teknik antigen-revealing, atau metode polymerase chain reaction (PCR).
Pada masa pandemi COVID-19, swab nasal digunakan sebagai alat diagnostik inisial. Studi menunjukkan bahwa swab nasal memiliki akurasi hasil tes yang sama dengan swab nasofaring. Pada pemeriksaan PCR dari hasil swab nasal, telah dilaporkan sensitivitas 89,2% dan spesifisitas 100%. Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan tes rapid antigen.[7-9]
Infeksi Bakteri
Swab nasal juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri termasuk Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Neisseria meningitidis.[10]
Infeksi nosokomial akibat Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin (MRSA) dapat dideteksi dengan swab nasal. Manifestasi infeksi MRSA dapat mencakup pneumonia yang berat. Gejala yang timbul bervariasi dapat berupa demam, menggigil, batuk, lemas, nyeri dada, hingga dispnea. Swab nasal juga sering digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi infeksi MRSA yang asimptomatik.[11]
Penyakit Lain
Penegakan diagnosis rhinitis alergi dapat dibantu dengan tindakan swab nasal. Sampel sekret dan sel diambil dari permukaan mukosa hidung. Adanya eosinofil konsisten dengan adanya rhinitis alergi. Namun tindakan ini tidak dapat digunakan untuk penegakan diagnosis secara tunggal dan harus didukung dengan alat diagnostik lainnya.[12]
Swab nasal juga dapat membantu diagnosis kanker paru pada perokok yang memiliki nodul paru pada hasil pemeriksaan CT Scan. Sensitivitas mencapai 90,4% dan spesifisitas mencapai 58,2% pada pasien dengan risiko tinggi kanker. Namun, masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mendukung dan memandu penggunaan swab nasal dalam diagnosis kasus suspek kanker paru.[3]