Pendahuluan Tonsillectomy
Tonsillectomy atau tonsilektomi adalah prosedur eksisi tonsil palatina, yang sering juga disebut sebagai operasi amandel. Prosedur ini biasanya dilakukan pada tonsilitis yang berulang, abses peritonsilar yang tidak membaik dengan pengobatan, atau hipertrofi tonsil yang menyebabkan obstructive sleep-disordered breathing.[1-3]
Tonsillectomy merupakan salah satu tindakan operatif yang paling sering dilakukan pada anak-anak. Namun, tindakan ini juga bisa dilakukan pada orang dewasa. Indikasi tonsillectomy yang tersering adalah tonsilitis berulang dan obstructive sleep-disordered breathing, yang mencakup obstructive sleep apnea. Tonsillectomy dikontraindikasikan bila ada diathesis perdarahan, penyakit yang tidak terkontrol, risiko anestesi yang tinggi, anemia, dan infeksi akut.[1-3]
Persiapan pasien perlu didahului dengan anamnesis yang adekuat untuk mengetahui riwayat penyakit yang dapat mempersulit tonsillectomy. Pasien mungkin memerlukan medikamentosa preoperatif, misalnya antiemetik, analgesik, atau anestesi lokal. Akan tetapi, pemberian antibiotik preoperatif pada semua pasien tanpa seleksi berdasarkan risiko infeksi terlebih dahulu tidak disarankan.[1-3]
Metode tonsillectomy tergantung pada alat yang dipakai. Dokter dapat menggunakan cold technique, kauter monopolar atau bipolar, coblation dan ablation, microdebrider, harmonic scalpel, atau laser. Komplikasi akibat tonsillectomy dapat berupa perdarahan, nyeri, infeksi, maupun cedera pada struktur mulut.[1-3]