Kontraindikasi dan Peringatan Hidromorfon
Kontraindikasi pemberian hidromorfon adalah depresi pernapasan signifikan dan kasus asma bronkial akut berat di fasilitas kesehatan tanpa peralatan resusitasi. Sediaan yang berbeda dapat memiliki kontraindikasi yang berbeda. Peringatan terkait hidromorfon yang perlu diperhatikan adalah potensi adiksi dan penyalahgunaan.[1,4]
Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan hidromorfon adalah hipersensitivitas terhadap hidromorfon atau elemen lain dalam formulasinya. Pasien dengan depresi pernapasan signifikan dan pasien dengan asma bronkial akut berat di tempat di mana tidak ada peralatan resusitasi juga menjadi kontraindikasi. Selain itu, hidromorfon juga tidak boleh digunakan sebagai analgesik obstetrik dan tidak boleh diberikan pada pasien dengan obstruksi gastrointestinal termasuk ileus paralitik.[4]
Sediaan hidromorfon yang berbeda dapat memiliki kontraindikasi yang berbeda. Untuk tablet lepas lambat yang tersedia di Indonesia, kontraindikasinya adalah pasien yang tidak toleran terhadap opioid, pasien dengan riwayat operasi gastrointestinal, pasien dengan penyempitan saluran cerna, dan pasien dengan blind loops gastrointestinal.[4]
Hidromorfon juga tidak dianjurkan pada anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, pasien dengan penurunan fungsi hati berat, dan pasien pengguna inhibitor monoamine oxidase (MAO), serta pasien yang sempat menggunakan inhibitor MAO 14 hari terakhir.[4]
Peringatan
Penggunaan hidromorfon harus berhati-hati karena dapat menyebabkan depresi napas, penyalahgunaan, adiksi, hipotensi, dan neonatal opioid withdrawal syndrome (NOWS).
Depresi Pernapasan
Depresi pernapasan lebih sering terjadi pada populasi geriatri, pada orang yang sakit, dan pada mereka yang mengalami hipoksia atau hiperkapnia. Penggunaan hidromorfon juga harus sangat hati-hati pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis, cor pulmonale, penurunan cadangan pernapasan, atau depresi pernapasan yang sudah ada sebelumnya. Pada pasien demikian, dosis terapi biasa pun berisiko mendepresi pernapasan dan menimbulkan apnea.[1,4]
Penyalahgunaan dan Adiksi
Hidromorfon dapat disalahgunakan dengan cara yang mirip dengan agonis opioid lain. Hal ini harus dipertimbangkan saat meresepkan hidromorfon. Dokter harus memonitor pasien yang mendapatkan opioid untuk tanda-tanda penyalahgunaan dan adiksi.[4]
Pasien juga sebaiknya dinilai untuk potensi penyalahgunaan opioid sebelum diberikan terapi. Orang yang berisiko tinggi untuk penyalahgunaan opioid adalah mereka yang memiliki riwayat penyalahgunaan zat (termasuk narkotika dan alkohol) atau penyakit mental (misalnya depresi). Opioid mungkin masih sesuai untuk digunakan pada pasien tersebut tetapi memerlukan pemantauan intensif untuk tanda-tanda penyalahgunaan.[4]
Neonatal Opioid Withdrawal Syndrome
Bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan hidromorfon secara berkepanjangan dapat mengalami neonatal opioid withdrawal syndrome (NOWS). Kondisi ini mengancam nyawa bila tidak dideteksi dan ditangani dengan segera. Manifestasi klinis yang dapat timbul adalah iritabilitas, hiperaktivitas, pola tidur abnormal, tremor, mual, muntah, dan tidak bertambahnya berat badan.[1,4]
Hipotensi
Analgesik opioid termasuk hidromorfon dapat menyebabkan hipotensi berat, terutama pada individu dengan volume darah yang kurang atau pada individu yang juga menerima obat seperti fenotiazin atau anestesi general. Pemberian hidromorfon harus hati-hati pada pasien syok karena vasodilatasi yang dihasilkan oleh obat ini selanjutnya dapat menurunkan curah jantung dan tekanan darah.[1,4]
Kondisi Lainnya
Pemberian hidromorfon juga harus berhati-hati pada pasien dengan depresi sistem saraf pusat, peningkatan tekanan intrakranial, lesi intrakranial, trauma kepala, kejang, atau perubahan status mental. Pemberian pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan/atau hati juga harus berhati-hati dengan dosis lebih rendah. Obat ini juga dapat menyebabkan konstipasi, sehingga pemberian pada pasien konstipasi kronis perlu pertimbangan yang matang.[1,4]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur