Farmakologi Ibuprofen
Farmakologi ibuprofen bekerja sebagai antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik melalui inhibisi produksi hormon prostaglandin. Ibuprofen dimetabolisme di dalam hati secara cepat dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Waktu paruh ibuprofen adalah sekitar 2 jam dan diekskresikan secara lengkap dalam 24 jam.
Farmakodinamik
Secara umum kerja ibuprofen sebagai antiinflamasi, analgesik dan antipiretik adalah dengan cara inhibisi pada jalur produksi prostanoids, seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan prostaglandin I2 (PGI2), yang bertanggungjawab dalam mencetuskan rasa nyeri, inflamasi dan demam.[10]
Ibuprofen menghambat aktivitas enzim siklooksigenase I dan II, sehingga terjadi reduksi pembentukan prekursor prostaglandin dan tromboksan. Selanjutnya, akan terjadi penurunan dari sintesis prostaglandin, oleh enzim sintase prostaglandin. Mekanisme obat seperti ini juga dapat ditemukan pada jenis obat anti inflamasi steroid lainnya yaitu aspirin.[10]
Secara spesifik, mekanisme kerja ibuprofen sebagai antiinflamasi adalah melalui modus aksi yang multipel yaitu:
- Mencegah akumulasi dan adhesi leukosit seperti neutrofil, polimorfonuklear, dan monosit makrofag pada jaringan yang mengalami inflamasi
- Menghambat produksi dan aksi leukosit-leukosit yang bersifat inflamogen seperti leukotrien B4, nitrit oksida, interleukin-1
- Reduksi jalur aferen dan eferen mediasi rasa nyeri[3]
Mekanisme kerja ibuprofen sebagai antipiretik terdiri dari dua aksi, yaitu mengendalikan produksi leukocyte-derived interleukin-1 dan komponen peptida lainnya dari pirogen endogen, dan menginhibisi secara langsung produksi pirogen endogen atau interleukin-1 PGE2, yang diinduksi oleh hipotalamus.[3]
Pengendalian rasa nyeri oleh ibuprofen melibatkan beberapa mekanisme yang berbeda, namun berhubungan satu sama lainnya. Kerja ibuprofen menginhibisi produksi prostaglandin dan nitrit oksida, yang berperan sebagai impuls aferen rasa nyeri di perifer dan transmisi spino-thalamic.[3]
Di samping itu, ibuprofen dapat menstimulasi produksi zat analgesik anandamide secara endogen, yang bersifat cannabinoid-like analgesic, dengan cara menginhibisi enzim yang menghidrolisis zat tersebut menjadi arachidonic acid.[3]
Farmakokinetik
Ibuprofen cepat diabsorpsi lalu kemudian dimetabolisme di dalam hati secara cepat dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Waktu paruh ibuprofen adalah sekitar 2 jam dan diekskresikan secara lengkap dalam 24 jam.
Absorpsi
Ibuprofen cepat diabsorpsi, setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas obat adalah 80%. Ibuprofen lysine, atau garam ibuprofen lebih cepat diabsorpsi dibandingkan jenis asam ibuprofen.[11-14]
Konsentrasi puncak ibuprofen lysine, atau garam ibuprofen adalah sekitar 45 menit, sedangkan asam ibuprofen adalah sekitar 90 menit. Konsentrasi puncak ibuprofen dalam serum umumnya berlangsung sekitar 1‒2 jam.
Bioavailabilitas obat hampir tidak dipengaruhi oleh makanan. Juga tidak terdapat interferensi absorpsi ibuprofen, apabila diberikan bersamaan dengan antasida, baik yang mengandung aluminium hidroksida, maupun magnesium hidroksida.[11-14]
Metabolisme
Ibuprofen secara cepat dimetabolisme di dalam hati, menghasilkan metabolit-metabolit seperti asam propionat fenil hidroksimetil propil, dan asam propionik fenil karboksipropil.[3,12]
Distribusi
Ibuprofen didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, terutama berkonsentrasi dalam cairan sinovial. Keberadaan obat ibuprofen dalam cairan sinovial adalah lebih lama daripada dalam plasma. Obat ini terikat pada protein sekitar 90‒99%, terutama dengan albumin.[11-14]
Eliminasi
Waktu paruh obat dalam serum adalah sekitar 1,8 hingga 2 jam. Ekskresi ibuprofen lengkap dalam 24 jam, setelah dosis terakhir. Sekitar 45%‒79% dari dosis obat yang diabsorpsi per oral, ditemukan dalam urine, dalam bentuk metabolit, sedangkan bentuk ibuprofen bebas atau terkonjugasi, masing-masing adalah sekitar 1% dan 14%.[11-14]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri