Farmakologi Oxycodone
Farmakologi oxycodone atau oksikodon adalah sebagai alkaloid mirip morfin, yang memiliki aktivitas analgesik. Oxycodone bekerja secara selektif relatif pada reseptor μ (mu) di sistem saraf pusat, dan dapat mempengaruhi reseptor lainnya.[2,3]
Farmakodinamik
Oxycodone berikatan dengan reseptor opioid μ (mu) dengan aktivitas agonis. Oxycodone juga berikatan secara lemah dengan reseptor opioid delta dan kappa. Obat ini bersifat larut dalam lemak seperti morfin, tetapi keduanya kurang larut dibandingkan fentanyl.[2,7]
Aktivitas oxycodone pada reseptor opioid di sistem saraf pusat menghasilkan efek analgesik. Secara spesifik, ikatan oxycodone dengan reseptor opioid menyebabkan pertukaran guanosin trifosfat (GTP) dengan guanosin difosfat (GDP) pada kompleks protein G. Proses ini menyebabkan inhibisi produksi cAMP dan menghambat pelepasan neurotransmitter nosiseptif, seperti substansi P, GABA, dopamine, asetilkolin, dan noradrenalin.[2,8]
Oxycodone juga menyebabkan hiperpolarisasi sel dan menurunkan eksitabilitas saraf.[2,8]
Efek pada Sistem Saraf Pusat
Aktivitas oxycodone pada pusat respirasi di otak dapat menyebabkan depresi napas. Selain itu, refleks batuk di medulla akan tersupresi dan pupil menjadi miosis.[2]
Efek pada Sistem Gastrointestinal dan Otot Polos Lain
Pada sistem gastrointestinal, oxycodone menyebabkan penurunan laju peristaltik usus dan peningkatan tonus otot di kolon sehingga menyebabkan konstipasi. Selain itu, terdapat peningkatan tonus otot pada bagian antrum lambung dan duodenum, menyebabkan perlambatan pengosongan lambung.[2,5]
Efek pada Kardiovaskular
Pelepasan histamin akibat oxycodone dapat menyebabkan flushing, berkeringat, dan penurunan tekanan darah.[2]
Efek pada Endokrin
Oxycodone dapat memberi efek inhibisi terhadap adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortisol, testosteron, dan luteinizing hormone (LH). Oxycodone juga memberi efek stimulasi pada prolaktin, hormon pertumbuhan, insulin, dan glukagon.[2,5]
Farmakokinetik
Bioavailabilitas oxycodone tidak dipengaruhi oleh makanan. Obat ini mayoritas dimetabolisme di hepar, kemudian diekskresikan di ginjal.
Absorpsi
Pada pemberian peroral, oxycodone memiliki bioavailabilitas 60‒87%. Efek obat akan tampak 1 jam setelah dikonsumsi, dan bertahan selama 12 jam. Waktu paruh plasma adalah 3‒5 jam, dan kadar plasma stabil tercapai dalam 24 jam.[3]
Distribusi
Oxycodone didistribusikan ke otot skelet, hepar, intestinal, paru, limpa, dan otak. Oxycodone bersifat larut dalam lemak dan terdifusi secara pasif pada sawar darah otak. Obat ini dapat melewati plasenta dan diekskresikan di ASI.
Volume distribusi oxycodone sebesar 2,6 L/kg. Sekitar 45% oxycodone akan terikat pada albumin dan alpha1-acid glycoprotein.[2,3,8-10]
Metabolisme
Oxycodone dimetabolisme di hepar, dengan hasil metabolit utama noroksikodon dan noroksimorfon. Terdapat 4 reaksi utama oxycodone, di antaranya N-demethylation oleh CYP3A4 dan 3A5 (hasil metabolit noroksikodon), O-demethylation oleh CYP2D6 (hasil metabolit noroksimorfon).
Sementara, 6-keto-reduction akan mereduksi noroksikodon menjadi alfa atau beta noroksikodol, oksimorfon menjadi alfa atau beta oksimorfol, dan oksikodon menjadi alfa dan beta oksikodol. Metabolit aktif dapat dikonjugasi sebelum eliminasi.[8]
Eliminasi
Oxycodone dan metabolitnya dieliminasi melalui urine, dengan waktu paruh eliminasi 2‒4 jam. Dalam urin, dapat ditemukan senyawa noroksikodon tak terikat (23%), oksimorfon (<1%), oksimorfon terkonjugasi (10%), oksikodon bebas dan terikat (8,9%), noroksimorfon (14%), dan metabolit tereduksi (18%).[8,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini