Pendahuluan Oksigen
Secara medis, oksigen seringkali digunakan untuk mencegah atau mengoreksi hipoksemia dan hipoksia jaringan, misalnya pada kasus gagal napas, asthma, dan acute respiratory distress syndrome (ARDS). Oksigen merupakan gas tanpa warna, tanpa bau, dan tanpa rasa yang berperan penting dalam mendukung kehidupan.
Dalam darah, oksigen diangkut dengan mengikat empat atom besi di dalam pusat hemoglobin. Saturasi oksigen hemoglobin dalam darah arteri sekitar 98% pada individu muda dan sehat. 1,3 mL oksigen diangkut untuk setiap gram hemoglobin, sehingga sekitar 180 mL oksigen dibawa per liter darah dengan konsentrasi hemoglobin 14 g dL-1.
Pada pasien COVID-19, oksigen juga kerap dibutuhkan. Hal ini terutama pada COVID-19 derajat berat yang menunjukkan tanda acute respiratory distress syndrome (ARDS).[1-3]
Terapi Oksigen Tepat Guna dan Tepat Dosis
Dasar dari penggunaan terapi oksigen adalah pencegahan atau koreksi hipoksemia arteri dan hipoksia jaringan. Kedua kondisi tersebut dapat ditemukan dalam banyak masalah medis, termasuk syok hemoragik, pneumonia, asthma, dan gagal jantung. Sebagian besar algoritma perawatan merekomendasikan inisiasi oksigen dini, bahkan tanpa terlebih dahulu memastikan adanya hipoksemia. Meski demikian, hingga kini belum ada bukti adekuat yang menunjukkan manfaat pemberian oksigen pada pasien yang normoksemia atau mengalami hipoksemia sangat ringan.
Selain itu, pemberian oksigen yang berlebihan sering dianggap tidak berbahaya. Padahal, terdapat bukti yang mengaitkan kondisi hiperoksemia dengan vasokonstriksi koroner, sehingga pemberian terlalu banyak oksigen pada infark miokard akut justru dapat memperburuk klinis pasien. Penggunaan oksigen aliran tinggi juga telah dikaitkan dengan peningkatan cedera reperfusi, ukuran infark, dan kematian pada infark miokard.[1-3]
Terapi oksigen yang tepat guna akan memicu penurunan resistensi aliran darah pada paru dan menurunkan beban kerja kardiovaskular. Suplementasi oksigen dapat diberikan melalui nasal kanul, masker oksigen, ataupun ventilator untuk pasien yang diintubasi.[1,4]
Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik banyak digunakan secara medis, misalnya untuk peremajaan kulit dan penanganan ulkus kronik. Studi praklinis menunjukkan efek antiinflamasi, peningkatan kadar gluthatione, pengurangan peroksidasi lipid, dan aktivasi neutrofil setelah penggunaan terapi oksigen hiperbarik. Meski demikian, perlu tetap diingat adanya efek berbahaya dari toksisitas oksigen, seperti inflamasi mukosa, pneumonitis, dan fibroplasia retrolental.[3]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Oksigen
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Anestetik [5] |
Sub-kelas | Anestetik Umum dan Oksigen [5] |
Akses | Resep [5] |
Wanita hamil | Kategori FDA: N Kategori TGA: N [1,2,5] |
Wanita menyusui | Diperbolehkan sesuai indikasi. [1,2,5] |
Bayi/infant | Diperbolehkan sesuai indikasi. [1,2,5] |
Anak-anak | Diperbolehkan sesuai indikasi. [1,2,5] |
FDA | Approved [1,6] |
Penulisan pertama: dr. Della Puspita Sari