Efek Samping dan Interaksi Obat Oksigen
Efek samping pemberian terapi oksigen yang harus menjadi perhatian adalah kelebihan pemberian oksigen. Hal ini akan menyebabkan hiperoksemia yang telah dikaitkan dengan perburukan luaran klinis dan bahkan kematian. Interaksi obat dapat terjadi antara oksigen dengan amiodarone dan bleomisin.[16]
Efek Samping
Oksigen adalah obat yang relatif aman. Namun pemberian oksigen berlebihan dapat menyebabkan keracunan. Toksisitas oksigen terjadi pada dua kelompok, yaitu ketika pasien terkena konsentrasi oksigen yang sangat tinggi untuk durasi yang singkat ataupun ketika pasien terkena konsentrasi oksigen yang lebih rendah namun dalam durasi yang lebih lama.
Kedua kasus tersebut dapat mengakibatkan toksisitas oksigen akut dan kronis. Toksisitas akut umumnya bermanifestasi pada sistem saraf pusat, sedangkan toksisitas kronis bermanifestasi pada paru. Kasus keracunan oksigen yang parah dapat menyebabkan kerusakan sel dan kematian.
Risiko efek samping berupa toksisitas oksigen secara khusus meningkat pada kelompok tertentu, seperti pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik, pasien yang terpapar oksigen tingkat tinggi yang berkepanjangan, bayi prematur, dan penyelam bawah air.[4,16]
Sistem Respirasi
Efek paling signifikan dari kelebihan oksigen pada sistem respirasi adalah gagal napas hiperkapnia. Hal ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan ventilasi dan sirkulasi, absorpsi atelektasis, densitas oksigen yang lebih tinggi dari udara, rebreathing akibat penggunaan masker wajah dengan aliran oksigen rendah, dan rebound hypoxemia.
Terapi oksigen konsentrasi tinggi yang dihentikan secara tiba-tiba dapat menyebabkan rebound hypoxemia dengan penurunan kadar PO2 dibawah kadar awal sebelum terapi oksigen dimulai.[1-4,16]
Sistem Kardiovaskular dan Serebrovaskular
Hiperoksiemia akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah koroner dan pembuluh darah di otak, terlebih lagi apabila disertai dengan kadar hematokrit yang rendah. Hal ini dapat meningkatkan iskemia pada area yang mengalami infark miokard ataupun stroke.[1,2,4-7,16]
Reactive Oxygen Species (ROS)
ROS dalam bentuk hidrogen peroksida dan superoksida dihasilkan dari kelebihan oksigen di jaringan. ROS menyebabkan stres oksidatif dan radikal bebas yang bersifat toksik bagi jaringan. ROS juga dapat menyebabkan displasia bronkopulmoner pada bayi prematur.[1,2,4-7,16]
Ventilator-associated Pneumonia
Pasien yang mendapat oksigen melalui ventilator, lebih berisiko mengalami pneumonia.[17]
Interaksi Obat
Interaksi oksigen dengan obat lain yang perlu diperhatikan di antaranya adalah dengan obat antikanker seperti bleomycin dan siklofosfamid. Penelitian menunjukkan penggunaan oksigen berlebihan yang dikombinasikan dengan kedua obat tersebut mengakibatkan kerusakan paru akut pada hewan. Diperkirakan hal ini terjadi karena interaksi langsung antara oksigen dan obat antikanker.
Penggunaan amiodarone disertai dengan terapi oksigen konsentrasi tinggi dapat meningkatkan risiko distres pernapasan yang ditandai dengan sesak dan penurunan saturasi oksigen. Pasien yang mendapat amiodarone memerlukan pemantauan FiO2, SaO2 dan PaO2 secara ketat dan menggunakan konsentrasi oksigen terendah yang dapat mencapai oksigenasi normal.
Selain itu, beberapa agen yang telah dikaitkan dengan peningkatan risiko toksisitas oksigen adalah:
- Katekolamin: epinefrin dan norepinefrin
- Kortikosteroid: dexamethasone, methylprednisolone
- Hormon: testosteron, tiroksin
- Antibiotik: nitrofurantoin.[1,17]
Penulisan pertama: dr. Della Puspita Sari