Efek Samping dan Interaksi Obat Glibenclamide
Efek samping glibenclamide yang perlu diwaspadai adalah hipoglikemia. Efek hipoglikemia dapat dipicu interaksi dengan berbagai obat, termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), sulfonamid, chloramphenicol, probenecid, dan monoamine oxidase inhibitor (MAOI).[4,10]
Efek Samping
Efek samping glibenclamide meliputi efek samping metabolik, gastrointestinal, dermatologi, dan hematologi.
Metabolik
Semua obat golongan sulfonilurea berpotensi menyebabkan hipoglikemia berat. Pemilihan pasien, penentuan dosis, dan instruksi pemberian obat sangat penting untuk menghindari episode hipoglikemia. Risiko hipoglikemia lebih tinggi pada pasien dengan insufisiensi renal, insufisiensi hepar, lansia, malnutrisi, insufisiensi adrenal, defisit kalori, pasca olahraga berat, dan terapi kombinasi.
Kasus hiponatremia juga telah dilaporkan terjadi pada pemberian sulfonilurea, termasuk glibenclamide.[1,3,4,10]
Gastrointestinal
Efek samping gastrointestinal dapat berupa mual, rasa penuh di epigastrium, dan heartburn. Umumnya efek samping tersebut berkaitan dengan dosis dan dapat hilang setelah dosis dikurangi. Efek samping lainnya yang lebih jarang adalah cholestatic jaundice dan hepatitis.[1,3,4,10]
Dermatologi
1,5% pasien pada studi klinis mengalami reaksi alergi pada kulit, seperti pruritus, eritema, urtikaria, dan erupsi makulopapular atau morbiliformis. Reaksi tersebut dapat bersifat transien dan menghilang meskipun glibenclamide diteruskan. Jika reaksi kulit menetap, hentikan obat.[1,3,4,10]
Hematologi
Sulfonilurea dapat menyebabkan leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, dan pansitopenia. Kasus anemia hemolitik berat dilaporkan terjadi pada pasien dengan defisiensi Glukosa-6-Fosfat-Dehidrogenase (G6PD).[1,3,4,10]
Reaksi Kardiovaskular
Beberapa studi menyatakan bahwa sulfonilurea berpengaruh terhadap fungsi jantung dan dapat berhubungan dengan hasil yang lebih buruk pada infark miokard. Hal ini diduga karena ada interaksi dari sulfonilurea dengan sel otot jantung karena terdapat reseptor isoformis dari sulfonilurea pada sel otot jantung dan otot polos. Glibenclamide menghambat efek kardioproteksi yang dipicu oleh iskemik karena interaksi dengan kanal kalium ATP di mitokondria.[1,3,4,10]
Reaksi Lain
Reaksi lain yang dapat timbul adalah :
- Fluktuasi gula darah dapat menyebabkan gangguan fungsi penglihatan
- Reaksi alergi selain kulit, seperti angioedema, atralgia, mialgia dan vaskulitis
- Peningkatan berat badan[1,3,4,10]
Interaksi Obat
Interaksi obat dengan glibenclamide dapat meningkatkan risiko hipoglikemia atau mengganggu kontrol glikemik.
Peningkatan Risiko Hipoglikemia
Efek hipoglikemia dapat dipicu akibat interaksi dengan beberapa obat antara lain:
- Obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, indomethacin, dan diklofenak
- Sulfonamid, seperti sulfadiazine dan sulfamethizole
- Antibiotik: gatifloxacin, pentamidine, quinine, chloramphenicol
- Probenecid
-
Monoamine oxidase inhibitor (MAOI) seperti phenelzine dan selegiline
- Penyekat beta adrenergik, seperti atenolol dan propranolol[1,3,4,10]
Peningkatan Risiko Hiperglikemia
Efek hiperglikemia dapat dipicu akibat interaksi dengan beberapa obat antara lain:
- Thiazide, seperti hydrochlorothiazide
- Kortikosteroid, seperti prednison
- Phenothiazine, seperti chlorpromazine dan fluphenazine
- Hormon, seperti kontrasepsi oral
- Phenytoin
Isoniazid[1,3,4,10]
Bosentan
Glibenclamide berinteraksi dengan bosentan dengan cara menurunkan kadar obat satu sama lain dan meningkatkan efek toksik satu sama lain, serta terjadi peningkatan risiko kenaikan enzim liver.[1,3,4,10]
Asam Aminolevulinik
Penggunaan glibenclamide dengan asam aminolevulinik dapat meningkatkan toksisitas satu sama lain. Penggunaan dengan asam aminolevulinik dapat meningkatkan risiko fotosensitisasi.[1,3,4,10]
Eluxadoline
Penggunaan dengan eluxadoline dapat meningkatkan kadar eluxadoline.[1,3,4,10]
Etanol
Penggunaan dengan etanol dapat mengganggu kontrol gula darah dan risiko terjadi reaksi disulfiram-like, yaitu reaksi hipersensitivitas yang ditandai dengan takikardia dan flushing.[1,3,4,10]
Fluvastatin
Penggunaan bersama fluvastatin dapat meningkatkan kadar glibenclamide dengan mengganggu metabolisme di hepar dan usus (CYP3A4).[1,3,4,10]
Ivacaftor
Penggunaan bersama ivacaftor meningkatkan kadar glibenclamide.[1,3,4,10]
Rifampicin
Penggunaan glibenclamide bersama rifampicin dilaporkan menyebabkan perburukan dari gula darah puasa dan post-prandial.[1,3,4,10]
Tabel 1. Obat yang Berinteraksi Dengan Glibenclamide
Obat | Efek Interaksi | Potensi Risiko |
ACE inhibitor | Potensi menurunkan glukosa darah | Hipoglikemia |
Acetazolamide | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Adrenalin (epinefrin) dan agen simpatomimetik lainnya | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Alkohol | Mengganggu kontrol gula daraj | Hiperglikemia |
Steroid anabolik dan hormon pria | Potensi menurunkan glukosa darah | Hipoglikemia |
Barbiturat | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Beta blocker | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Biguanida | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Bosentan | Meningkatkan enzim hepar | Kontrol glukosa plasma tidak tepat |
Calcium channel blocker | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Chloramphenicol | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Siklosporin | Meningkatkan konsentrasi plasma siklosporin | Toksisitas siklosporin meningkat |
Cimetidine | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Clarithromycin | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Clonidine | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Colesevelam | Pengurangan absorpsi glibenclamide dari saluran cerna | Kontrol glukosa plasma tidak tepat |
Kortikosteroid | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Derivat kumarin | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Potensiasi atau melemahkan efek derivat kumarin | Pemberian dosis derivat kumarin tidak tepat | |
Siklofosfamid | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Diazoxide | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Disopyramide | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Diuretik | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Fenfluramine | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Fenyramidol | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Fibrat | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Fluoxetine | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Glukagon | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Guanethidine | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Tanda regulasi adrenergik terhadap hipoglikemia dapat berkurang atau hilang | Kontrol glukosa plasma tidak tepat | |
Antagonis receptor H2 | Potensiasi atau melemahkan efek penurunan glukosa darah | Kontrol glukosa plasma tidak tepat |
Heparin | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Ifosfamide | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Insulin | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Isoniazid | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Sulfonamid long-acting | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Monoamine oxidase inhibitor | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Miconazole | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Asam nikotinat (dosis tinggi) | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Estrogen | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Antidiabetik oral lainnya | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Oxpentifylline | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Oxyphenbutazone | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Derivat phenothiazine | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Phenytoin | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Fosfamid | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Probenecid | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Progestogen | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Antibiotik kuinolon | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Rifampicin | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Hormon tiroid | Melemahkan efek penurunan glukosa darah | Peningkatan glukosa darah |
Cotrimoxazole | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Tetrasiklin | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Tritoqualine | Potensiasi efek penurunan glukosa darah | Hipoglikemia |
Sumber: dr. Krisandryka Wijaya, Alomedika, 2022.[1,3,4,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania S. Sutisna