Indikasi dan Dosis Gliquidone
Indikasi gliquidone adalah untuk tata laksana diabetes mellitus tipe 2. Dosis gliquidone inisial yang disarankan adalah 15 mg. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respons pasien.
Gliquidone tidak direkomendasikan pada anak dan remaja. Hal ini dikarenakan data mengenai keamanan dan efektivitasnya pada anak dan remaja masih terbatas.[4]
Diabetes Mellitus Tipe 2
Gliquidone diindikasikan untuk terapi diabetes mellitus tipe 2, khususnya pada pasien yang tidak obesitas dan pada pasien yang tidak dapat menggunakan metformin.[7]
Awalnya, gliquidone 15 mg diberikan sebagai dosis tunggal saat sarapan. Bila dosis tidak adekuat, dosis bisa ditingkatkan secara perlahan hingga 40–60 mg per hari.[7]
Bila dosis yang diberikan tidak lebih dari 60 mg, gliquidone dapat dikonsumsi sebagai dosis tunggal saat sarapan. Namun, bila pasien memerlukan dosis yang lebih tinggi, pemberian obat dapat dibagi 2–3 kali per hari. Dosis terbesar diminum saat pagi hari. Dosis total harian yang diberikan tidak boleh lebih dari 120 mg.[4,7,8]
Penggunaan pada Populasi Khusus
Pada pasien gangguan ginjal, pemberian gliquidone tidak memerlukan modifikasi dari dosis normal karena metabolitnya yang diekskresi melalui ginjal hanya sebesar 5%. Penggunaan gliquidone dengan dosis 40–50 mg per hari memiliki efek yang sama pada kadar gula darah, baik pada pasien dengan atau tanpa gangguan ginjal.[4]
Namun, pada pasien gangguan hepar, pemberian gliquidone perlu berhati-hati. Dosis gliquidone yang >75 mg per hari memerlukan pengawasan ketat. Hal ini dikarenakan 95% gliquidone dimetabolisme oleh hepar dan diekskresi oleh sistem bilier. Obat ini tidak disarankan pada pasien dengan gangguan hepar sedang sampai berat.[4]
Penggunaan obat golongan sulfonilurea sebagai terapi lini kedua pada pasien yang mengonsumsi metformin dilaporkan memiliki risiko infark miokard, hipoglikemia berat, dan kematian yang lebih tinggi daripada penggunaan metformin saja. Oleh karena itu, dokter perlu berhati-hati ketika mengombinasikan obat-obatan ini.[10]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur