Efek Samping dan Interaksi Obat Naloxone
Efek samping pemberian naloxone atau nalokson dapat terjadi dari gejala ringan seperti pusing, gatal, pembengkakan pada wajah atau bibir. Naloxone juga dapat memberikan efek samping dengan gejala berat seperti hipotensi, takikardi ventrikel hingga henti jantung.
Naloxone yang diberikan pada pasien ketergantungan opioid dapat menginduksi kejadian acute withdrawal syndrome dengan gejala berkeringat, mual, diare, menggigil dan cemas. Penggunaan naloxone yang dikombinasi dengan buprenorphine dapat menyebabkan aritmia jantung dan edema pulmonal.[1,5,7]
Efek Samping
Efek samping naloxone yang diamati dalam studi klinis yang paling sering terjadi adalah pusing dan eritema di tempat suntikan. Efek samping yang ditimbulkan dari naloxone dapat berupa reaksi alergi dengan gejala gatal-gatal; sulit bernafas; pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.[1,7,8]
Beberapa contoh kasus hipotensi, hipertensi, takikardia ventrikel dan fibrilasi, edema paru, dan henti jantung telah dilaporkan pada pasien pasca operasi setelah pemberian nalokson. Kematian, koma, dan ensefalopati telah dilaporkan sebagai gejala sisa dari kejadian ini.[5]
Efek Samping yang tidak Diinginkan Pasca Operasi
Efek samping berikut dikaitkan dengan penggunaan nalokson pada pasien pasca operasi seperti hipotensi, hipertensi, takikardi ventricular dan fibrilasi ventrikel, dispnea, edema paru, serta henti jantung.
Kematian, koma, dan ensefalopati telah dilaporkan sebagai gejala sisa dari kejadian ini. Dosis nalokson yang berlebihan pada pasien pasca operasi dapat membalikkan efek analgesik yang signifikan dan dapat menyebabkan agitasi.[5]
Depresi Opioid
Reversal mendadak pada pasien depresi opioid dapat menyebabkan mual, muntah, berkeringat, takikardia, peningkatan tekanan darah, hiperventilasi, tremulousness, kejang, takikardia ventrikel dan fibrilasi, edema paru, dan henti jantung yang dapat mengakibatkan kematian.[5]
Gejala Putus Obat Akut (Acute Withdrawal Syndrome) pada Pasien Ketergantungan Opioid
Nalokson dapat memicu gejala withdrawal pada pasien yang diketahui atau diduga secara fisik ketergantungan pada opioid (termasuk neonatus yang dilahirkan oleh wanita yang tergantung opioid). Agitasi dan parestesia jarang dilaporkan terkait penggunaan naloxone.
Kejang jarang terjadi setelah pemberian nalokson, tetapi belum diketahui mekanisme yang mendasari. Naloxone pada detoxification dapat menyebabkan depresi nafas berulang, sedangkan penggunaan naloxone yang di kombinasi dengan buprenorphine dapat menyebabkan aritmia jantung dan edema paru.[4,5]
Interaksi Obat
Naloxone membalikkan efek analgesik dan efek agonis–antagonis opioid, seperti pentazocine, sehingga dapat memicu gejala withdrawal jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan ini pada pasien yang secara fisik ketergantungan.
Ketika nalokson digunakan pasca operasi untuk membalikkan efek depresi sentral akibat agonis opioid yang digunakan sebagai tambahan anestesi, dosis nalokson harus dititrasi dengan hati–hati hingga mencapai efek yang diinginkan karena dapat menyebabkan efek samping lainnya.[5]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli