Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Amoxicillin
Penggunaan amoxicillin atau amoksisilin pada kehamilan dan ibu menyusui harus mempertimbangkan keuntungan yang lebih besar daripada risiko pada janin/bayi. FDA memasukan amoxicillin ke dalam kategori B, sedangkan TGA kategori A. Obat ini diekskresikan pada ASI dalam jumlah kecil.[1,7-9]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), amoxicillin termasuk kategori B. Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[7,8]
Sedangkan Therapeutic Goods Administration (TGA) memasukan ke dalam kategori A. Obat ini telah diobservasi pada sejumlah besar wanita hamil dan wanita usia subur, dan tidak ditemukan bukti dapat meningkatkan frekuensi malformasi atau efek berbahaya pada janin.[7,9]
Amoxicillin sering digunakan pada ibu hamil di fasilitas kesehatan, karena dinilai aman selama kehamilan, misalnya ibu hamil dengan otitis media akut, faringitis, tonsillitis, pneumonia komuniti, atau Infeksi saluran kemih. Dosis dan durasi terapi amoxicillin pada kehamilan sama dengan dosis dewasa.[1]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Amoxicillin diketahui dapat diekskresikan melalui air susu ibu (ASI), sehingga dapat menimbulkan sensitisasi pada bayi. Telah dilaporkan, amoxicillin pada ibu menyusui kadang-kadang dapat menyebabkan ruam dan gangguan flora gastrointestinal bayi, yang mengakibatkan diare atau sariawan.[1,7]
Suatu penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI secara eksklusif akan menerima dosis amoxicillin harian maksimum sekitar 0,1 mg/kgBB, dari ibu menyusui yang mengonsumsi 500 mg sebanyak 3 kali/hari. Dosis harian maksimum ini hanya 0,25‒0,5% dari dosis amoksisilin bayi yang diperbolehkan. Oleh karena itu, amoxicillin dapat digunakan oleh ibu menyusui.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini