Pengawasan Klinis Cefoxitin
Pada pasien yang mendapat cefoxitin, fungsi ginjal, hati, dan hematopoietik perlu dipantau secara berkala, terutama jika digunakan dalam jangka panjang. Perhatikan tanda superinfeksi seperti diare berat yang mengindikasikan infeksi Clostridium difficile. Pemantauan juga diperlukan pada pasien dengan riwayat alergi terhadap β-laktam.[2,3]
Pengawasan Infeksi Clostridium difficile
Pada penggunaan cefoxitin, ada risiko terjadi Clostridium difficile-associated diarrhea (CDAD), yang dapat terjadi selama atau setelah terapi. Oleh karena itu, pasien harus dipantau terhadap gejala diare, terutama jika muncul setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila dicurigai CDAD, terapi cefoxitin harus dihentikan.[3]
Pengawasan pada Penggunaan Jangka Panjang
Fungsi ginjal, hati, dan sistem hematopoietik perlu dipantau secara berkala melalui pemeriksaan laboratorium pada penggunaan jangka panjang. Pemantauan ini penting untuk mendeteksi tanda-tanda toksisitas atau gangguan organ akibat penggunaan cefoxitin.[2,3]
Pengawasan Reaksi Alergi Silang
Bagi pasien dengan riwayat alergi terhadap antibiotik β-laktam, seperti penisilin atau sefalosporin, pengawasan diperlukan karena adanya risiko reaksi alergi silang. Pemeriksaan riwayat alergi sebelum terapi sangat dianjurkan.[3]