Kontraindikasi dan Peringatan Erythromycin
Kontraindikasi pemberian erythromycin atau eritromisin adalah jika terdapat riwayat hipersensitivitas dengan obat ini, dan peringatan penggunaan obat ini pada pasien dengan gangguan irama jantung dan gangguan fungsi hati. Peringatan diberikan terhadap potensi erythromycin untuk menyebabkan pemanjangan interval QT, gangguan gastrointestinal, dan hepatotoksisitas.
Kontraindikasi
Erythromycin kontraindikasi diberikan kepada seseorang dengan riwayat alergi atau hipersensitivitas terhadap komponen obat ini. Erythromycin juga dikontraindikasikan pada penderita interval QT memanjang, arritmia, termasuk torsades de pointes. Erythromycin juga tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami gangguan elektrolit, misalnya hipokalemia atau hipomagnesemia, karena berisiko mengalami pemanjangan interval QT.
Kontraindikasi lain adalah pada penggunaan erythromycin bersamaan dengan HMG-CoA reductase inhibitors yang dimetabolisme oleh CYP3A4, seperti simvastatin atau lovastatin. Penggunaan bersamaan meningkatkan risiko miopati, termasuk rhabdomyolysis.
Tidak hanya itu, erythromycin juga dikontraindikasikan pada pemberian bersamaan dengan cisapride, terfenadine, atau astemizole, karena meningkatkan kadar obat dalam plasma dapat berakibat fatal. Erythromycin estolat dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat gangguan hati berat.[8,10,11]
Peringatan
Peringatan penggunaan erythromycin diberikan pada pasien dengan pemanjangan interval QT, pasien dengan penyakit jantung koroner, insufisiensi kardiak, atau bradikardia yang bermakna secara klinis. Selain itu, peringatan penggunaan juga diberikan karena erythromycin berpotensi menyebabkan Clostridium difficile-associated disease (CDAD) dan gangguan fungsi hepar.
Kardiovaskular
Erythromycin berpotensi menyebabkan pemanjangan interval QT dan aritmia, termasuk torsades de pointes. Takikardia ventrikel yang terjadi dapat berakibat fatal. Kemungkinan terjadinya torsades de pointes meningkat pada usia lanjut, pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular, gangguan keseimbangan elektrolit, disfungsi hepar, dan penggunaan obat-obatan lain yang juga menyebabkan pemanjangan interval QT, misalnya amiodarone atau klorokuin.[7,8]
Gastrointestinal
Kejadian Clostridium difficile-associated disease (CDAD) dilaporkan setelah penggunaan tablet erythromycin, dan dapat bervariasi dari diare ringan hingga kolitis berat. Pada kasus ringan, penghentian terapi erythromycin dapat memperbaiki gejala, tetapi pada kasus yang lebih berat dibutuhkan pemberian cairan, elektrolit, dan terapi antiinfeksi, misalnya dengan metronidazole atau vancomycin.[8,9]
Hepatik
Peningkatan enzim hepar dan hepatitis kolestatik yang dapat disertai ikterus pernah dilaporkan terjadi akibat penggunaan erythromycin. Hepatotoksisitas terutama terjadi pada pasien yang menjalani pengobatan lebih dari 10 hari, atau dengan siklus berulang (repeated courses).[8,9]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra