Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Faropenem
Penggunaan faropenem pada kehamilan dan ibu menyusui tidak disarankan karena keterbatasan data keamanannya. Faropenem hanya boleh digunakan pada kehamilan dan pada ibu menyusui jika manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[8,9,11]
Penggunaan pada Kehamilan
Faropenem merupakan obat yang belum mendapatkan persetujuan dari FDA, TGA, dan BPOM. Pada dasarnya, penggunaan faropenem pada kehamilan tidak disarankan karena keterbatasan data mengenai keamanan pada ibu dan janin. Penggunaan hanya diperbolehkan jika manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko.[8,9,11]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Studi farmakokinetik faropenem menyimpulkan bahwa faropenem dikeluarkan dalam ASI. Pemberiannya pada ibu yang sedang menyusui tidak direkomendasikan. Faropenem dipilih hanya jika manfaat terapi bagi ibu lebih besar daripada risiko pada bayi yang disusui.
Secara klinis, faropenem digunakan untuk penanganan infeksi bakteri seperti pyelonephritis, bartolinitis, infeksi intrauteri, adneksitis, limfangitis, limfadenitis, luka operasi, mastitis, dan abses perianal. Meski demikian, faropenem merupakan antibiotik “reserved”, sehingga pemberiannya tidak secara rutin melainkan harus ada bukti laboratorium yang mendukung penggunaan.[8,9,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Andreas Michael Sihombing