Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Penicillin V
Penggunaan penicillin V pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori B oleh FDA dan kategori A oleh TGA. Pada ibu menyusui, penicillin V dikeluarkan ke dalam ASI.[2,3,8,9]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, penicillin V pada kehamilan masuk dalam kategori B. Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[3,4]
Berdasarkan kategori TGA, penicillin V dalam kehamilan masuk dalam kategori A. Obat telah dikonsumsi oleh sejumlah besar wanita hamil dan wanita usia subur tanpa terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung atau tidak langsung lainnya pada janin.[8]
Penicillin V digunakan untuk terapi infeksi bakteri yang rentan. Ini mencakup infeksi saluran pernapasan atas akibat Streptococcus, Scarlet fever, dan infeksi kulit seperti erisipelas dan selulitis
Penelitian pada hewan telah gagal mengungkapkan adanya bukti kerusakan janin dengan terapi penicillin V, namun penicillin V dapat melintasi plasenta. Tidak terdapat bukti efek buruk pada janin yang diamati selama penggunaan penicillin V pada manusia, namun tidak ada data terkontrol pada kehamilan manusia. Penicillin V harus digunakan selama kehamilan hanya jika benar-benar dibutuhkan dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko.[1,3,15]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Penicillin V diekskresikan ke dalam ASI. Menurut data yang terbatas, dosis tunggal penicillin V 1320 mg yang diberikan pada ibu menyusui menghasilkan kadar yang rendah dalam ASI. Pada 2 jam setelah menyusui, kadar obat penicillin V dalam urin diukur pada 2 bayi yang disusui dan diketahui tingkat urin tidak terdeteksi pada bayi pertama dan kadar 520 mcg/ L ditemukan pada bayi kedua.[9,10,15]
Dalam 1 penelitian yang melibatkan 12 bayi disusui selama ibu menggunakan obat penicillin V, didapatkan tidak ada efek pada 7 bayi yang diamati(tampak normal), tinja yang lebih encer dari biasanya pada 3 bayi, dan ruam pada bokong pada 1 bayi saat hari terakhir terapi. Beberapa efek tersebut mungkin terkait dengan adanya penicillin V dalam ASI, tetapi tidak ada kelompok kontrol.[15]
Beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan obat penicillin V pada ibu menyusui kecuali manfaatnya lebih besar dari risikonya. Manfaat perkembangan dan kesehatan dari menyusui harus dipertimbangkan bersama dengan klinis Ibu, kebutuhan akan terapi penicillin V, serta potensi efek samping merugikan pada bayi yang disusui atau dari kondisi Ibu yang mendasari.[10,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Queen Ariyani