Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Formulasi Amphotericin B general_alomedika 2022-12-27T12:11:25+07:00 2022-12-27T12:11:25+07:00
Amphotericin B
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Formulasi Amphotericin B

Oleh :
dr. Bunga Saridewi
Share To Social Media:

Formulasi amphotericin B tersedia dalam amphotericin B deoxycholate, amphotericin B cholesteryl sulfate complex, amphotericin B lipid complex, dan amphotericin B liposomal.

Bentuk Sediaan

Bentuk sediaan amphotericin B yang tersedia di Indonesia berupa sediaan injeksi intravena 5 mg/ml serta salep mata 1% dan 3%. Selain itu, terdapat juga sediaan tablet vagina yang berisi kandungan amphotericin B 50 mg dikombinasikan dengan tetrasiklin 100 mg.[6]

Cara Penggunaan

Injeksi amphotericin B harus dilakukan melalui infus intravena lambat dengan konsentrasi sebesar 0,1 mg/mL (1 mg/10 mL). Infus intravena harus diberikan 2-6 jam (tergantung dosis) dengan melakukan pengawasan klinis terhadap reaksi akut yang dapat ditimbulkan obat. Pemberian harus disesuaikan dengan toleransi pasien terhadap obat, keadaan klinis pasien berdasarkan lokasi, dan tingkat keparahan infeksi, etiologi infeksi, dan fungsi kardiorenal.[10]

Sebelum memulai terapi, perlu dilakukan uji intravena dosis tunggal (1 mg dalam 20 mL larutan dekstrosa 5%) selama 20–30 menit. Setelah itu, lakukan pengawasan terhadap suhu, denyut nadi, laju pernapasan, dan tekanan darah yang dicatat setiap 30 menit selama 2 - 4 jam.

Cara pemberian obat amphotericin B dapat menggunakan inline filter yang mempunyai pori dengan diameter >1 micron. Amphotericin B tidak kompatibel dengan cairan salin normal dan tidak boleh diberikan dengan larutan yang mempunyai sifat bakteriostatik. Cairan yang kompatibel dengan amphotericine B adalah Dextrose 5%.

Sediaan tablet vagina yang berisi amphotericin b kombinasi dengan tetrasiklin digunakan dengan dimasukkan ke dalam vagina.

Cara Penyimpanan

Penyimpanan amphotericin B sebaiknya dilakukan pada suhu 2-8oC. Vial rekonstitusi harus terlindung dari cahaya dan dapat stabil selama 24 jam pada suhu kamar dan 1 minggu jika didinginkan. Campuran parenteral harus terlindung dari cahaya dan dapat stabil selama 24 jam pada suhu kamar dan 2 hari jika didinginkan.[8]

Kombinasi dengan Obat Lain

Kombinasi amphotericin B dengan antifungi lain didukung berdasarkan pengalaman klinis dan studi in vitro pada hewan percobaan, seperti kombinasi amphotericin B dengan flusitosin, yang direkomendasikan oleh guideline International Society for Peritoneal Dialysis sebagai terapi inisial pada peritonitis jamur.

Hal ini terkait dengan distribusi amphotericin B, dimana lebih dari 90% zat ini akan berikatan dengan protein, sehingga perlu dikombinasikan dengan flusitosin. Selanjutnya, pemberian antifungi dapat dilanjutkan sesuai etiologi jamur spesifik dan pola kerentanan terhadap infeksi.

Kombinasi amphotericin B dengan flusitosin juga diketahui lebih efektif dibanding monoterapi fluconazole pada pasien perawatan intensif non neutropenia dengan kandidiasis invasif.

Amphotericin B juga dapat dikombinasikan dengan caspofungin untuk tata laksana kandidemia refrakter pada neonatus yang sulit disembuhkan dengan antifungi konvensional. Pada kasus endokarditis kandida, kombinasi caspofungin dengan amphotericin B liposomal, fluconazole, atau vorikonazol juga menunjukkan keberhasilan pengobatan.[18]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/659/2017 tentang Formularium Nasional. 2017. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-659-2017_ttg_Formularium_Nasional_.pdf.
8. Mims. Amphotericin B. 2022. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amphotericin%20b?mtype=generic
10. Drugs.com. Amphotericin B. 2022. https://www.drugs.com/pro/amphotericin-b.html
18. Hatipoglu N, Hatipoglu H. Combination Antifungal Therapy for Invasive Fungal Infections in Children and Adults. Expert Rev Anti Infect Ther. 2013[11]523-535 https://www.medscape.com/viewarticle/803848_4.

Farmakologi Amphotericin B
Indikasi dan Dosis Amphotericin B

Artikel Terkait

  • Pilihan Jenis Jarum untuk Pungsi Lumbal
    Pilihan Jenis Jarum untuk Pungsi Lumbal
  • Bahaya Penggunaan Douche Vagina
    Bahaya Penggunaan Douche Vagina
  • Perbandingan Efikasi Antifungal Peroral dan Intravaginal pada Kandidiasis Vulvovaginal Nonkomplikata
    Perbandingan Efikasi Antifungal Peroral dan Intravaginal pada Kandidiasis Vulvovaginal Nonkomplikata
  • Pendekatan Diagnosis pada Kasus Pruritus Vulva
    Pendekatan Diagnosis pada Kasus Pruritus Vulva
  • Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Meningitis – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Meningitis – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 07 Maret 2025, 11:11
Efektivitas tatalaksana candidiasis oral pasien HIV
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter mau tanya. Pasien hiv dgn candidiasis oral lebih efektif mana pake obat nistatin tab atau nistatin suspensi yaa ts ? Mohon pencerahannya
Anonymous
Dibalas 25 Februari 2025, 14:04
Vaksin meningitis pada bbrp kondisi khusus
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, izin bertanya sebagai dokter post isip1. Bagaimana pertimbangan pemberian vaksin meningitis pd ibu hamil/menyusui yg ingin berangkat umroh/haji?2....
Anonymous
Dibalas 30 Oktober 2024, 08:03
Kejang demam pada bayi usia 2 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dokter, izin bertanya pada pasien usia 2 bulan yg datang dengan keluhan kejang tiba2 saat demam, suhu 38.7, tidak disertai keluhan lain. Apakah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.