Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Amphotericin B
Penggunaan amphotericin B pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori B menurut FDA. Belum ada data yang cukup mengenai ekskresi amphotericin B pada ASI, namun sebagian besar penelitian menyatakan bahwa amphotericin B dapat digunakan pada ibu menyusui.[2,9,23]
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan amphotericin B dalam kehamilan termasuk kategori B oleh FDA yang berarti studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Berdasarkan kategori TGA, amphotericin B masuk dalam kategori B3 yakni obat yang telah digunakan oleh ibu hamil dan wanita usia subur dalam jumlah terbatas, tanpa menyebabkan peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya yang langsung maupun tidak langsung terhadap janin manusia. Studi pada hewan telah menunjukkan bukti peningkatan kejadian kerusakan janin akan tetapi signifikansinya diperkirakan masih belum jelas pada manusia.
Amphotericin B merupakan antifungi sistemik yang paling aman dalam kehamilan. Pengaruh nefrotoksisitas pada ibu hamil mirip dengan kondisi di luar kehamilan. Amphotericin B dapat melewati plasenta dan mencapai konsentrasi terapeutik dalam sirkulasi janin dengan perbandingan aliran darah plasenta dengan rasio serum ibu mulai dari 0,38 sampai 1. Studi reproduksi pada hewan tidak menunjukkan bukti kerusakan pada janin akibat injeksi amphotericin B.[10,20,23]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Belum ada data mengenai ekskresi amphotericin B dalam ASI. Namun, sebagian besar penelitian menyatakan bahwa amphotericin B dapat digunakan pada ibu menyusui karena ikatan protein yang kuat, dan berat molekul yang besar sehingga pada hakikatnya tidak dapat diekskresikan melalui ASI. Selain itu, amphotericin B mempunyai absorpsi yang buruk melalui oral sehingga risiko paparan secara sistemik pada bayi yang disusui juga minimal.[9]
Di sisi lain, beberapa sumber menyatakan bahwa pemberian amphotericin B pada ibu menyusui harus mempertimbangkan manfaat terapi bagi ibu dan juga risiko yang dapat timbul pada bayi mengingat amphotericin B mempunyai efek samping dan toksisitas yang tinggi.[2]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri