Farmakologi Itraconazole
Secara farmakologi, itraconazole bekerja sebagai antijamur dengan cara menurunkan sintesis ergosterol. Ergosterol merupakan sterol utama yang berada di membran sel fungi. Melalui proses ini, itraconazole dapat menghambat pembentukan membran sel jamur dan mengatasi infeksinya.[1,2]
Farmakodinamik
Itraconazole merupakan agen antijamur yang masuk dalam golongan imidazole/triazole. Itraconazole bekerja secara selektif dengan menghambat enzim sitokrom P-450 sterol C-14 α-demetilasi jamur. Enzim ini berfungsi mengubah lanosterol menjadi ergosterol yang berguna untuk sintesis dinding sel jamur. Inhibisi enzim ini menghambat proses pembentukan membran sel jamur.[1,2,6]
Selain itu, itraconazole menunjukkan aktivitas in vitro yang bisa melawan Cryptococcus neoformans dan Candida spp. Studi menemukan aktivitas fungistatik pada model hewan normal dan immunocompromised untuk infeksi jamur sistemik dan intrakranial akibat Cryptococcus neoformans, serta untuk infeksi sistemik Candida albicans.[2,3,6]
Farmakokinetik
Itraconazole didistribusikan secara luas ke berbagai organ. Itraconazole bisa cepat diabsorbsi melalui pemberian oral. Obat ini dimetabolisme di liver melalui bantuan sistem isoenzim CYP3A4. Sebagian besar obat ini akan diekskresikan dalam urine dan feses.
Absorbsi
Itraconazole cepat diabsorpsi dalam tubuh setelah pemberian oral. Kecepatan absorpsi berbeda-beda tergantung pada sediaan yang diberikan. Untuk sediaan kapsul dan tablet, absorbsi terjadi lebih cepat pada kondisi sudah makan dengan bantuan asam lambung. Sementara itu, untuk sediaan solusio oral, absorbsi meningkat bila diberikan dalam kondisi perut kosong.[3,4]
Itraconazole memiliki bioavailabilitas sekitar 55% dan dapat meningkat hingga 30% pada kondisi setelah atau sebelum makan. Konsentrasi plasma puncak tercapai dalam 2–5 jam setelah pemberian tablet atau kapsul dan tercapai dalam 2,5 jam setelah pemberian solusio oral.[5,6]
Distribusi
Itraconazole bisa tersebar ke berbagai organ. Konsentrasi di paru, ginjal, liver, tulang, abdomen, lien, dan otot ditemukan 2–3 kali lebih tinggi daripada di plasma. Konsentrasi di kulit dan jaringan keratinus ditemukan 4 kali lebih tinggi daripada di plasma. Konsentrasi di cairan serebrospinal dilaporkan rendah. Itraconazole juga ditemukan di ASI dalam jumlah yang sedikit.[5,6]
Sebagian besar itraconazole akan berikatan dengan protein dalam plasma (99,8%). Albumin merupakan protein yang paling banyak mengikat, yaitu sebesar 99,6%. Sisa sekitar 0,2% itraconazole akan berada dalam plasma sebagai obat bebas. Itraconazole memiliki rata-rata volume distribusi cukup besar, yaitu >700 L. Sebagian besar volume distribusi ini tersebar ke dalam jaringan.[5,6]
Metabolisme
Metabolisme itraconazole sebagian besar terjadi di liver, termasuk metabolit utamanya, yaitu hydroxyitraconazole. Jalur metabolisme utama adalah pemotongan oksidatif dari cincin dioksolana, oksidasi alifatik pada substituen 1-metilpropil, N-dealkilasi substituen 1-metilpropil ini, degradasi oksidatif cincin piperazin, dan juga pemotongan triitraconazoleazoleon.[7]
Metabolisme itraconazole terutama dilakukan melalui bantuan sistem isoenzim sitokrom P450 3A4 (CYP3A4). Studi menunjukkan bahwa itraconazole dapat mengalami metabolisme tersaturasi dalam berbagai dosis. Metabolisme akan menghasilkan >30 metabolit yang memiliki efek antijamur. Metabolit utama adalah hydroxyitraconazole, yang memiliki aktivitas antijamur in vitro yang sebanding dengan itraconazole.[5,7]
Eliminasi
Eliminasi itraconazole terjadi melalui urine dalam bentuk metabolit inaktif sebesar 35% dan <1% dalam bentuk obat aktif. Selain itu, obat ini juga dieliminasi melalui feses sebesar 54%. Persentase kecil obat ini juga ditemukan dalam stratum korneum dan rambut. Waktu paruh eliminasi obat adalah 16–28 jam pada dosis tunggal dan 34–42 jam pada dosis multipel.[5,7]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli