Efek Samping dan Interaksi Obat Clofazimine
Efek samping clofazimine atau klofazimin adalah gangguan gastrointestinal, gangguan pigmentasi kulit, dan perpanjangan interval QT pada EKG. Interaksi obat dapat terjadi pada penggunaan clofazimine bersama obat lain yang juga memperpanjang interval QT, misalnya clarithromycin dan ceritinib. Penggunaan bersama ini harus dihindari.[3]
Efek Samping
Efek samping clofazimine adalah gangguan gastrointestinal, gangguan warna kulit, dan perpanjangan interval QT pada EKG.
Obstruksi Abdomen dan Gangguan Gastrointestinal
Clofazimine dapat terakumulasi di organ-organ dalam bentuk kristal, khususnya pada nodus limfe mesenterikus dan histiosit dari lamina propria mukosa intestinal, limpa, dan liver. Deposisi kristal di mukosa intestinal dapat menyebabkan obstruksi dan bahkan membutuhkan laparotomi eksplorasi. Selain itu, beberapa laporan kasus menyatakan adanya efek samping perdarahan gastrointestinal dan infark pada limpa.[1,8,9]
Perpanjangan Interval QT pada EKG
Beberapa pasien dilaporkan mengalami torsades de pointes dengan perpanjangan interval QT pada pasien yang menerima dosis >100 mg setiap hari. Perpanjangan QT juga dilaporkan pada pasien yang mengonsumsi clofazimine dengan bedaquiline.[1,8]
Gangguan Pigmentasi Kulit dan Reaksi Kulit Lainnya
Clofazimine dapat menyebabkan perubahan warna kulit menjadi jingga-merah muda atau coklat-kehitaman. Selain pada kulit, clofazimine juga dapat berpengaruh pada warna konjungtiva, keringat, air mata, sputum, urine, dan feses pada 75–100% pasien. Namun, gangguan ini bersifat reversible dan bisa pulih setelah beberapa bulan-tahun setelah penghentian terapi. Clofazimine juga dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan gatal.[1,8,9]
Efek Samping Lain yang Jarang Terjadi
Beberapa efek samping yang cukup jarang terjadi (<1% pasien) adalah penurunan penglihatan dan makulopati, kelelahan, neuralgia, sakit kepala, depresi, dan percobaan bunuh diri karena perubahan warna kulit.[1,8,9]
Interaksi Obat
Penggunaan clofazimine bersama obat tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan konsentrasi obat. Namun, interaksi yang terutama perlu diwaspadai oleh dokter adalah interaksi dengan obat yang sama-sama memperpanjang interval QT.[3]
Menurunkan Konsentrasi Clofazimine
Antasida sebaiknya tidak digunakan bersama clofazimine karena dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan efektivitas clofazimine. Berdasarkan penelitian Nix, et al., antasida dapat menurunkan bioavailabilitas dari 82% menjadi 78,5%. Sebaiknya pasien menggunakan alternatif obat gastrointestinal lain dan pemberian diberikan dengan jarak 30–45 menit sebelum pemberian clofazimine.[1,8]
Mengganggu Konsentrasi Obat Lain
Penelitian yang dilakukan Sangana, et al. menyatakan bahwa penggunaan clofazimine bersama obat antiretroviral seperti lamivudin atau zidovudin dapat meningkatkan konsentrasi obat antiretroviral 2–5 kali lipat, sehingga menaikkan risiko efek samping.[9]
Selain itu, clofazimine 100 mg/hari dapat berperan sebagai inhibitor sedang–kuat pada beberapa obat antihipertensi dan antihiperlipidemia. Hal ini mungkin menyebabkan penurunan efektivitas obat-obat tersebut. Hasil temuan ini baru dilakukan pada model hewan, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.[9]
Perpanjangan Interval QT pada EKG
Penggunaan clofazimine bersama bedaquiline dapat menyebabkan torsades de pointes akibat perpanjangan interval QT. Penggunaan bersama clarithromycin atau ceritinib juga tidak dianjurkan karena sama-sama dapat memperpanjang interval QT.[1,3,9]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur