Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Farmakologi Rifampicin general_alomedika 2023-08-04T10:21:46+07:00 2023-08-04T10:21:46+07:00
Rifampicin
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Rifampicin

Oleh :
dr. DrRiawati MMedPH
Share To Social Media:

Farmakologi rifampicin atau rifampin adalah mematikan mikroorganisme secara intraseluler dan ekstraseluler, dengan cara mensupresi proses awal sintesis protein bakteri.[1,3]

Farmakodinamik

Mekanisme kerja rifampicin adalah menginhibisi enzim RNA polimerase DNA-dependent, dengan cara mengikatkan diri kepada subunit beta. Kemudian, transkripsi RNA akan dihalangi, sehingga sintesis protein bakteri tidak terjadi dan sel bakteri mati. Hal ini yang menjadikan obat rifampicin memiliki sifat bakterisidal, dan sebagai inducer enzim yang poten.[1,3,15]

Farmakokinetik

Farmakokinetik rifampicin adalah absorpsi oral yang baik, metabolisme pada hepar, dan eliminasi utama melalui cairan empedu.[3,13,15]

Absorpsi

Obat diabsorpsi secara baik per oral, dengan bioavailabilitas 90‒95%. Namun, makanan dapat menghambat penyerapan obat, atau menurunkan konsentrasi puncak plasma sekitar 30%. Waktu pencapaian konsentrasi puncak obat dalam plasma darah adalah sekitar 2‒4 jam setelah konsumsi per oral.

Konsumsi 600 mg rifampicin peroral pada orang dewasa sehat, akan memberikan konsentrasi puncak obat dalam serum, rata-rata 7 μg/mL dengan kisaran 4‒32 μg/mL.[3,13,15]

Distribusi

Obat bersifat tinggi lipofilik. Rifampicin terdistribusi secara luas ke seluruh tubuh, dengan konsentrasi efektif pada banyak organ, dan cairan tubuh. Melewati sawar otak, obat juga terdistribusi ke dalam cairan serebrospinal. Ikatan obat dengan protein adalah 80%. Fraksi obat yang tidak terikat protein, kebanyakan tidak terionisasi, dan karenanya dapat berdifusi secara bebas ke dalam jaringan tubuh.[3,13,15]

Metabolisme

Metabolisme rifampicin terjadi di hepar dan dinding intestinal. Obat menjalani proses resirkulasi enterohepatik. Pada siklus tersebut, obat terhidrolisis pada cairan empedu, dan dikatalisis dalam substrat esterase dengan pH tinggi. Setelah sekitar 6 jam, hampir semua obat sudah menjalani proses deasetilasi yang progresif. Meski dalam bentuk deasetilasi, rifampicin tetap poten sebagai antibiotik, yang memiliki aktivitas antibakteri.[3,13,15]

Eliminasi

Waktu paruh biologis terjadi sekitar 3‒4 jam setelah pemberian rifampicin 600 mg peroral. Waktu paruh meningkat sekitar 3,5‒7,5 jam, setelah pemberian dosis 900 mg. Selanjutnya, pemberian obat yang diulangi, akan menurunkan waktu paruh, dan akan mencapai nilai rata-rata sekitar 2‒3 jam.

Waktu paruh memanjang, pada penyakit kerusakan hati. Waktu paruh tidak berbeda pada pasien dengan gagal ginjal, pada pemberian dosis tidak melebihi 600 mg per hari. Pasien dengan kondisi ini, tidak memerlukan penyesuaian dosis. Pada penyakit ginjal kronis stadium akhir, waktu paruh sekitar 11 jam.

Setelah menjalani proses deasetilasi, obat tidak lagi direabsorpsi di interstisial. Hal ini akan memfasilitasi proses eliminasi. Sebagian besar eliminasi obat terjadi di cairan empedu, yaitu sekitar 60‒65% diekskresikan ke feses. Sekitar 30% obat diekskresikan di urine. Hanya sekitar 7% dari obat yang dikonsumsi, diekskresikan ke urine dalam bentuk utuh dan tidak berubah.[3,13,15]

Resistensi

Mikroorganisme yang resisten terhadap rifampicin, biasanya akan resisten pula terhadap golongan obat rifamycins lainnya, seperti rifabutin dan rifapentine. Resistensi rifampicin diketahui terjadi sebagai mutasi tunggal pada enzim polimerase RNA DNA-dependent.[14,15]

Untuk mencegah perkembangan resistensi kuman dan mempersingkat lamanya pengobatan tuberkulosis paru, maka rifampicin diberikan sebagai terapi kombinasi dengan obat antituberkulosis lain, yaitu isoniazid, pirazinamid, dan etambutol.

Resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap rifampicin berkembang sangat cepat, apabila digunakan tanpa antibiotik yang lain. Uji coba di laboratorium, memperkirakan kecepatan resistensi terjadi pada kecepatan 10 pangkat minus 7 hingga 10 pangkat minus 10 per bakteri M. tuberculosis per generasi.[15,16]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Campbell EA, Korzheva N, et al., Structural Mechanism for Rifampicin Inhibition of Bacterial RNA Polymerase. Cell, 2001. 104(6): p. 901-912.
3. Drugs.com. Rifampicin. 2022. https://www.drugs.com/mtm/rifampin.html.
13. Brunton LL., Chabner BA., et al. Goodman & Gilman's: The Pharmacological Basis of Therapeutics. 2011, McGraw-Hill: New York.
15. Beloor Suresh A, Rosani A, Wadhwa R. Rifampin. 2022 Apr 13. StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 32491420.
16. Goldstein BP. Resistance to rifampicin: a review. The Journal Of Antibiotics, 2014. 67: p. 625.

Pendahuluan Rifampicin
Formulasi Rifampicin

Artikel Terkait

  • Penatalaksanaan Tuberkulosis Pada Ibu Menyusui
    Penatalaksanaan Tuberkulosis Pada Ibu Menyusui
  • Interpretasi Rontgen Toraks
    Interpretasi Rontgen Toraks
  • Red Flag Keringat Malam
    Red Flag Keringat Malam
  • Diagnosis Lesi Kavitas pada Rontgen Toraks
    Diagnosis Lesi Kavitas pada Rontgen Toraks
  • TCM atau Tes Cepat Molekuler untuk Diagnosis Tuberkulosis
    TCM atau Tes Cepat Molekuler untuk Diagnosis Tuberkulosis

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Melanita hardiyati
Dibalas 05 Maret 2025, 13:36
Tatalaksana Terbaru Pemberian OAT Pada Pasien TB
Oleh: dr.Melanita hardiyati
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya kepada senior dan teman sejawat. Apakah pemberian OAT TB kategori 1 fase intensif dan fase lanjutan dapat diminum secara digabung...
dr.Feby Diana Rutman
Dibalas 20 Februari 2025, 19:02
Kasus TBC paru dengan hasil rontgen TBC aktif dengan TCM no detected
Oleh: dr.Feby Diana Rutman
4 Balasan
Alo dokter mohon ijin konsul dsn diskusi, saya dokter di puskesmas memiliki pasien perempuan berumur 62 tahun, datang dengan keluhan batuk >2 bulan, demam...
dr.rizka leonita fahmy
Dibalas 17 Februari 2025, 09:37
Konsultasi Hasil Foto Thorax pada Pasien dengan Keluhan Batuk Darah
Oleh: dr.rizka leonita fahmy
1 Balasan
selamat siang TS dokter, mohon untuk dibantu bacakan hasil foto thorax, keluhan pasien ada batuk darah sejak 1 bulan, tidak ada penurunan BB, dan tidak ada...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.