Farmakologi Adefovir Dipivoxil
Farmakologi adefovir dipivoxil adalah obat golongan acyclic nucleoside analog reverse transcriptase inhibitor yang segera berubah menjadi metabolit aktif di dalam tubuh setelah dikonsumsi peroral. Obat ini bekerja dengan cara menjadi kompetitor substrat alami yang dibutuhkan oleh DNA virus untuk menjalankan proses replikasi.
Farmakodinamik
Adefovir dipivoxil adalah dengan cara menginhibisi sintesis DNA virus dengan berperan sebagai analog nukleotida asiklik dari DNA virus. Adefovir dalam bentuk adefovir diphosphate menghalangi proses reverse transkripsi DNA virus dengan cara mengelabui DNA virus, yaitu berpura-pura sebagai substrate deoxyadenosine triphosphate alami yang diperlukan oleh virus untuk bereplikasi.[1-3]
Rantai DNA yang ditempati oleh adefovir diphosphate akan mengalami terminasi, hal ini terjadi karena adefovir diphosphate tidak memiliki 3′ hydroxyl, sehingga senyawa yang terbentuk menginisiasi terjadinya terminasi prematur sintesis DNA virus.[1-3]
Efektivitas dalam menginhibisi DNA virus hepatitis B mencapai 50% dalam penelitian secara in vitro, dengan kadar adefovir berkisar antara 0,2−2,5 μM. Penelitian ini dilakukan pada wadah pada sel hepatoma manusia yang terinfeksi hepatitis B. Selain itu, pemberian secara kombinasi antara adefovir dan lamivudine dapat meningkatkan efektivitas adefovir.[1,3]
Farmakokinetik
Farmakokinetik adefovir dipivoxil dimulai segera setelah obat dikonsumsi peroral. Farmakokinetik adefovir dipivoxil antara pria dan wanita tidak ada perbedaan, begitu pula pada ras Kaukasia dan Asia, secara umum memiliki farmakokinetik yang relatif sama.[6]
Absorbsi
Adefovir dipivoxil dengan sediaan 10 mg, diberikan dalam rute peroral. Proses absorbsinya tidak dipengaruhi oleh makanan. Diperkirakan bioavailabilitas obat ini dapat mencapai 59%. Puncak konsentrasi plasma adefovir adalah 18,4±6,26 ng/mL, dan dapat dicapai dalam waktu 0,58−4 jam setelah dosis obat diberikan.[1,9]
Pemberian adefovir dipivoxil selama 7 hari, tidak menyebabkan perubahan efek farmakokinetik yang signifikan dalam hal absorbsi.[3]
Distribusi
Distribusi adefovir dipivoxil yang berikatan dengan protein di dalam darah hanya ≤4%, dengan konsentrasi adefovir berkisar antara 0,1−25 mcg/mL di dalam darah.[1,3]
Metabolisme
Proses metabolisme adefovir dipivoxil tidak melalui bantuan enzim sitokrom P450. Adefovir dipivoxil segera mengalami proses metabolisme di dalam tubuh dan diubah menjadi bentuk adefovir oleh enzim esterase intraseluler sel hepar. Adefovir selanjutnya mengalami proses fosforilasi menjadi adefovir diphosphate.
Bentuk adefovir diphosphate inilah yang merupakan analog dari deoxyadenosine triphosphate (dATP) yang nantinya akan berkompetisi dengan dATP untuk berikatan dengan DNA polimerase virus.[1]
Ekskresi
Ekskresi adefovir dipivoxil melalui ginjal dengan mekanisme campuran antara filtrasi glomerulus dan ekskresi tubulus. Hampir setengah dari dosis adefovir yang diberikan, yaitu sekitar 45%, akan ditemukan di urin dalam waktu 24 jam.[1,3]
Resistensi
Resistensi adefovir dipivoxil jarang terjadi. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya resistensi adefovir dipivoxil yang perlu untuk diperhatikan. Faktor tersebut antara lain pada pasien dengan kadar serum HBV DNA yang menetap lebih dari 1000 copy tiap mL nya setelah menerima monoterapi yang adekuat, sehingga diberikan terapi dengan durasi panjang.[3,4,11]
Penelitian menyebutkan bahwa resistensi adefovir dipivoxil dilaporkan hingga 3% pada pasien yang menerima terapi selama 2 tahun, 11% pada pasien yang menerima terapi selama 3 tahun, 18% pada pasien yang menerima terapi selama 4 tahun, dan 29 % pada pasien yang telah diterapi dengan adefovir selama 5 tahun.[3,4,11]
Resistensi silang antara adefovir dan lamivudine sangat jarang terjadi, tetapi risiko resistensi adefovir meningkat pada pasien yang sebelumnya terbukti resisten lamivudine. Secara umum, lebih disarankan untuk melakukan terapi kombinasi adefovir dan lamivudine karena dapat meningkatkan efektivitas terapi pada pasien.[3,4]
Adefovir dipivoxil memiliki potensi yang rendah terhadap virus HIV, sehingga pemberian adefovir dipivoxil pada pasien hepatitis B kronik dengan HIV yang tidak menerima terapi antiretroviral atau tidak diketahui memiliki komorbid HIV, akan meningkatkan risiko resistensi virus HIV terhadap obat antiretroviral golongan nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs).[8]