Indikasi dan Dosis Lamivudin
Indikasi lamivudin adalah untuk tata laksana infeksi human immunodeficiency virus atau HIV, dan hepatitis B kronis. Lamivudin juga bisa digunakan sebagai profilaksis pasca paparan HIV dan pada transmisi HIV perinatal. Dosis harian lamivudin pada pasien dewasa adalah 300 mg.
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Lamivudin dapat digunakan untuk terapi HIV dengan kombinasi bersama obat antiretroviral lain. Selain itu, lamivudin juga bisa digunakan sebagai terapi profilaksis setelah paparan akibat okupasi atau pada neonatus yang berisiko sangat tinggi terinfeksi HIV.
Pengobatan HIV
Pada pengobatan HIV, lamivudin diberikan per oral dengan kombinasi bersama antiretrovirus (ARV) lain, misalnya efavirenz and tenofovir. Dosis lamivudin pasien dewasa adalah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari.
Pada anak dengan berat badan 14–20 kg, lamivudin dapat diberikan sebanyak 75 mg dua kali sehari, atau 150 mg sekali sehari. Untuk anak dengan berat badan 20–25 kg dosis lamivudin adalah 225 mg/hari. Pemberian dapat dibagi menjadi 75 mg pada pagi hari dan 150 mg pada malam hari, atau 225 mg, sekali sehari.
Jika anak memiliki berat badan di atas 25 kg, maka dosis lamivudin sama seperti dosis pasien dewasa. Pada anak, lamivudin juga diberikan sebagai kombinasi dengan antiretroviral lain. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari.[7,14–16]
Postexposure Prophylaxis
Postexposure prophylaxis (PEP) diberikan untuk mencegah infeksi HIV setelah pasien terpapar virus. Pada PEP terkait okupasi, kombinasi antara tenofovir dan lamivudin, atau tablet lamivudin dan zidovudin dapat diberikan sebagai alternatif terapi.
Dosis lamivudin yang digunakan bagi pasien dewasa adalah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Berikan PEP sesegera mungkin, dalam hitungan jam setelah terpapar dan lanjutkan selama 4 minggu bila toleransi pasien baik.[7,16]
Profilaksis Transmisi HIV Perinatal
Lamivudin dapat digunakan sebagai terapi empiris HIV bagi neonatus yang lahir dari wanita pengidap HIV. Terapi empiris yang direkomendasikan adalah kombinasi zidovudin, lamivudin, dan nevirapin yang diberikan segera setelah bayi lahir, yaitu dalam 6–12 jam. Regimen ini diberikan pada neonatus yang sangat berisiko terinfeksi HIV.
Dosis lamivudin yang direkomendasikan adalah 2 mg/kg, dua kali sehari dimulai saat lahir hingga usia 4 minggu. Kemudian dosis ditingkatkan menjadi 4 mg/kg, dua kali sehari untuk usia 4–6 minggu. Regimen obat sebaiknya digunakan selama 6 minggu.[7,17]
Hepatitis B Kronis
Pada pasien hepatitis B kronis, lamivudin dapat diberikan 100 mg sekali sehari. Jika pasien juga menderita HIV, maka dosis lamivudin adalah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari.
Dosis anak usia 2–17 tahun untuk terapi hepatitis B kronis adalah 3 mg/kg/hari, diberikan sekali sehari. Dosis maksimal adalah 100 mg/hari. Lamivudin untuk hepatitis B kronis tidak disarankan bagi anak di bawah 2 tahun. Durasi optimal terapi, baik bagi pasien dewasa maupun anak belum diketahui.[5,10]
Penyesuaian Dosis
Penyesuaian dosis diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, seperti penyakit ginjal kronis. Jika klirens kreatinin 50 mL/menit atau lebih, maka dosis lamivudin adalah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Pada klirens kreatinin 30–49 mL/menit, dosis lamivudin adalah 150 mg sekali sehari.
Pada klirens kreatinin 15–29 mL/menit, dosis awal adalah 150 mg, kemudian diturunkan menjadi 100 mg/hari, sedangkan jika klirens kreatinin sebesar 5–14 mL/menit dosis awal lamivudin adalah 150 mg, kemudian diturunkan menjadi 50 mg/hari. Untuk klirens kreatinin kurang dari 5 mL/menit, dosis awal lamivudin adalah 50 mg, kemudian diturunkan menjadi 25 mg/hari.[6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra