Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Afatinib
Penggunaan Afatinib pada kehamilan menurut FDA termasuk kategori D, sedangkan TGA termasuk kategori C. Studi menunjukkan afatinib dapat menimbul kecacatan janin. Penggunaan pada ibu menyusui juga tidak direkomendasikan karena afatinib disekresikan ke dalam ASI walaupun dalam jumlah sedikit. Obat ini hanya boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui bila manfaat lebih besar daripada kerugian.[4,5,8]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan penelitian pada hewan dan mekanisme kerja, pemberian afatinib dapat membahayakan janin apabila diberikan pada wanita hamil. Hingga saat ini belum ditemukan data penggunaan afatinib pada ibu hamil, sehingga potensi risiko terhadap fetus belum diketahui.[4,5,10]
Berdasarkan mekanisme kerja, afatinib bersifat embriotoksik dan menyebabkan toksisitas maternal. Afatinib pada penelitian terhadap kelinci dapat menyebabkan abortus pada akhir fase kehamilan.[8]
Food and Drug Administration (FDA) memasukan afatinib pada kategori D, di mana studi terhadap ibu hamil menyebabkan timbul kecacatan pada bayi. Obat hanya boleh dikonsumsi bila manfaat lebih besar daripada kerugian. Afatinib merupakan kemoterapi pilihan untuk kanker paru jenis non-small cell lung cancer (NSCLC)[8]
Sedangkan berdasarkan Therapeutic Goods and Administration (TGA), afatinib masuk kategori C. Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[5]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Tidak didapatkan informasi mengenai penggunaan afatinib pada ibu menyusui. Walaupun 95% afatinib terikat protein plasma dan disekresikan ke dalam ASI dalam jumlah sedikit, tetapi waktu paruh yang panjang memungkinkan afatinib terakumulasi di dalam ASI. Pasien yang mengonsumsi afatinib direkomendasikan untuk berhenti menyusui selama terapi hingga 2 minggu setelah afatinib terakhir dikonsumsi.[9,10]