Indikasi dan Dosis Copper T
Indikasi copper-T utamanya untuk menjarangkan kehamilan, mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang lama, serta sebagai kontrasepsi darurat.
Indikasi
WHO telah membuat panduan indikasi dan dosis penggunaan alat kontrasepsi, termasuk alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) seperti copper-T, dalam berbagai keadaan klinis yang banyak ditemui.[10]
Indikasi copper-T berdasarkan tujuan pemakaiannya:
- Pada fase menunda kehamilan (nulipara), copper-T menempati urutan prioritas nomor 2 setelah pil KB
- Pada fase menjarangkan kehamilan (anak <2), copper-T merupakan prioritas nomor 1
- Pada fase tidak hamil lagi (anak >3), copper-T merupakan prioritas nomor 2, setelah pilihan utamanya adalah kontrasepsi mantap/steril
- Pilihan kontrasepsi darurat dalam waktu 5 hari pasca senggama[3]
Kontrasepsi Darurat
Hingga kini Copper-T telah digunakan secara off-label sebagai alat kontrasepsi darurat, yang diindikasikan pada kondisi-kondisi berikut:
- Perkosaan
- Senggama tanpa menggunakan kontrasepsi
- Penggunaan kontrasepsi tidak benar atau tidak konsisten: kondom bocor, lepas, atau salah digunakan; diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat; senggama terputus gagal dilakukan sehingga ejakulasi terjadi di vagina atau genitalia eksterna
- Salah hitung masa subur
- AKDR ekspulsi atau terlepas
- Lupa minum pil KB lebih dari 2 hari berturut-turut
- Terlambat minum pil kontrasepsi progesterone lebih dari 3 jam dari jam seharusnya
- Terlambat suntik kontrasepsi norethisterone enanthate lebih dari 2 minggu
- Terlambat suntik kontrasepsi depot-medroxyprogesterone acetate lebih dari 4 minggu
- Terlambat suntik kontrasepsi kombinasi lebih dari 7 hari
- Penggunaan spermisida yang tidak mencair sebelum berhubungan
- IUD yang terlepas[3]
Rekomendasi Penggunaan pada Kondisi Khusus
Rekomendasi penggunaan copper-T dibedakan berdasarkan kondisi medis/klinis wanita seperti faktor kehamilan, usia, paritas, postpartum, postabortus, dan riwayat kehamilan ektopik
Hamil
Penggunaan copper-T tidak diperbolehkan digunakan saat sedang hamil karena dapat menyebabkan infeksi radang panggul serius dan septik abortus spontan.
Usia
Wanita berusia <20 tahun tidak disarankan menggunakan alat kontrasepsi copper-T karena rentan terjadi ekspulsi dan perdarahan.
Paritas:
Riwayat paritas tidak mempengaruhi indikasi copper-T, di mana nulipara dan multipara diperbolehkan menggunakan copper-T.
Postpartum
Penggunaan copper-T perlu mempertimbangkan waktu yang telah berlangsung sejak proses persalinan dan kondisi pasien postpartum. Berikut merupakan rekomendasi penggunaan copper-T pada kondisi postpartum:
- <48 jam laktasi dan nonlaktasi: copper-T direkomendasikan di mana dapat dimasukkan 10 menit pasca-persalinan
- ≥48 jam sampai <4 minggu: tingkat kemungkinan terjadinya ekspulsi lebih tinggi pada masa ini dibandingkan dengan pemasangan copper-T segera
- Sepsis puerperalis: tidak direkomendasikan untuk pemasangan copper-T
Postabortus
Berikut merupakan rekomendasi penggunaan copper-T dalam kondisi postabortus:
- Trimester pertama dan kedua: copper-T dapat langsung dipasang segera setelah abortus pada trimester pertama dan kedua. Hanya risiko terjadi ekspulsi AKDR lebih besar terjadi pada abortus trimester kedua.
- Segera setelah abortus septik: tidak direkomendasikan
Kondisi Lainnya
Pada pasien dengan riwayat kehamilan ektopik, copper-T dapat direkomendasikan untuk mencegah rekurensi. Copper-T boleh juga boleh digunakan pada wanita merokok dan obesitas.
Alat kontrasepsi ini direkomendasikan pada wanita dengan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, hipertensi gestasional, penyakit jantung koroner, stroke, dislipidemia, kelainan valvular, dan penyakit vaskular seperti deep vein thrombosis (DVT), supraventricular tachycardia (SVT), pulmonary embolism (PE), serta pada penggunaan obat antikoagulan
Copper-T direkomendasikan pada penyakit reumatik seperti lupus eritematosus sistemik dengan pertimbangan melihat kondisi masing-masing pasien. Pasien lupus memiliki faktor resiko untuk terjadi gangguan kardiovaskular, maka pertimbangan pemasangan copper-T dilihat dari masing-masing komponen faktor resiko tersebut.
AKDR juga direkomendasikan pada kondisi psiko-neurologis meliputi sakit kepala migran dan nonmigran, epilepsi, dan gangguan depresi.
AKDR dapat diberikan untuk wanita dengan penyakit endokrin seperti diabetes dan tiroid. AKDR juga dapat diberikan untuk wanita dengan penyakit gastrointestinal seperti gangguan kantung empedu dan salurannya, hepatitis, sirosis, dan tumor liver.
AKDR direkomendasikan untuk wanita dengan gangguan anemia seperti talasemia, sickle cell disease, dan anemia defisiensi besi dengan mempertimbangkan keuntungan dibanding resikonya serperti efek samping terjadinya perdarahan akibat AKDR.[3,10]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri