Farmakologi Amiodarone
Farmakologi amiodarone adalah sebagai obat antiaritmia jantung kelas III. Amiodarone berperan dalam memblokade kanal kalsium, kalium, dan natrium miokardium, sehingga memperpanjang potensial aksi jantung dan periode refraktori.[2,4]
Farmakodinamik
Amiodarone bekerja dengan memblokade arus kalium yang menyebabkan repolarisasi otot jantung selama fase ketiga potensial aksi jantung. Hal ini menghasilkan peningkatan durasi potensial aksi serta periode refraktori efektif untuk miosit. Rangsangan sel otot jantung yang berkurang akan mencegah dan mengobati irama jantung yang tidak normal.
Amiodarone juga memiliki efek terhadap reseptor beta-adrenergik, kanal natrium, dan kanal kalsium. Efek ini terkadang dapat menyebabkan manifestasi yang tidak diinginkan, seperti hipotensi, bradikardia, dan Torsades de pointes (TdP). Selain itu, amiodarone juga dapat meningkatkan aktivitas peroxisome proliferator-activated receptors yang dapat menyebabkan perubahan steatogenik di hati atau organ lain.
Setelah pemberian intravena, amiodarone merelaksasi otot polos pembuluh darah, menurunkan resistensi pembuluh darah perifer (afterload), dan meningkatkan indeks jantung dalam jumlah kecil. Pemberian melalui rute ini juga menurunkan konduksi jantung, mencegah dan mengobati aritmia. Ketika diberikan secara oral, amiodarone tidak menyebabkan perubahan signifikan pada fraksi ejeksi ventrikel kiri.
Amiodarone memperpanjang durasi QRS dan interval QT. Tirotoksikosis atau hipotiroid juga dapat terjadi akibat pemberian amiodarone yang mengandung yodium tingkat tinggi dan mengganggu fungsi tiroid normal.[3,4]
Farmakokinetik
Setelah pemberian oral, amiodarone diabsorpsi secara perlahan. Bioavailabilitas amiodarone adalah sekitar 50%. Konsentrasi plasma maksimum dicapai 3-7 jam setelah dosis tunggal.[3,4]
Absorbsi
Amiodarone diabsorpsi secara perlahan dari saluran cerna setelah diberikan secara oral dengan bioavaibilitas sekitar 50% (kisaran 35-65%). Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak sekitar 3-7 jam. Konsumsi amiodarone bersamaan dengan makanan dapat meningkatkan laju dan tingkat penyerapannya.
Efek makanan terhadap bioavailabilitas dari amiodarone yang telah diteliti pada 30 subjek sehat yang menerima amiodarone dosis tunggal 600 mg segera setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak dan setelah puasa semalaman, menunjukkan Area under the Curve (AUC) dan konsentrasi plasma puncak (Cmax) dari amiodarone masing-masing meningkat sebesar 2,3 dan 3,8 kali.[3-5]
Pada amiodarone sediaan parenteral, diketahui konsentrasi serum puncak setelah infus IV dosis tunggal 5 mg/kg selama 15 menit pada subjek sehat berkisar antara 5 dan 41 mg/l. Konsentrasi puncak setelah infus IV selama 10 menit dengan dosis amiodarone 150 mg pada pasien dengan fibrilasi ventrikel (VF) atau takikardia ventrikel (VT) yang tidak stabil secara hemodinamik berkisar antara 7 dan 26 mg/l.[4,11]
Distribusi
Amiodarone terakumulasi secara luas pada jaringan adiposa dan organ dengan perfusi tinggi, seperti hati, paru-paru, dan limpa dengan volume distribusi sekitar 60 L/ kg. Salah satu metabolit utama dari amiodarone, desethylamiodarone (DEA) telah diidentifikasi pada manusia dan terakumulasi hampir di semua jaringan. Sekitar 96% amiodarone terikat pada protein plasma.[3,11]
Metabolisme
Metabolisme amiodarone terjadi di hepar oleh kelompok enzim sitokrom P450 (CYP), khususnya CYP3A4 dan CYP2C8 menjadi N-desethylamiodarone (metabolit aktif) dan dapat mengalami resirkulasi enterohepatik. CYP3A merupakan isoenzim yang terdapat di hati dan usus. Amiodarone menunjukkan potensi untuk menghambat CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6, CYP3A, CYP2A6, CYP2B6, dan CYP2C8.[3-5]
Eliminasi
Amiodarone diekskresikan terutama melalui feses dan urin, <1% sebagai obat yang tidak diubah. Waktu paruh eliminasi dari amiodarone sekitar 58 hari dan N-desethylamiodarone sekitar 36 hari.[3-5]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta