Farmakologi Lisinopril
Farmakologi lisinopril adalah dengan menghambat angiotensin-converting enzyme (ACE), sehingga menurunkan resistensi arteri perifer dan menurunkan tekanan darah.
Farmakodinamik
Lisinopril merupakan sebuah obat yang dapat menghambat angiotensin-converting enzyme (ACE) pada manusia dan hewan. ACE adalah sebuah peptide dipeptidase yang mengkatalis perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah sebuah substansi vasokonstriktor yang menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Efek positif dari penggunaan lisinopril pada penderita hipertensi dan gagal jantung didapatkan dari penekanan pada sistem renin-angiotensin-aldosteron.[1]
Penghambatan ACE juga menyebabkan penurunan angiotensin pada plasma yang kemudian akan menurunkan aktivitas vasopresor dan menurunkan sekresi aldosteron. Penurunan sekresi aldosteron dapat menyebabkan peningkatan ringan kadar kalium dalam serum. Sebuah studi menunjukkan bahwa penderita hipertensi dengan fungsi ginjal yang normal yang mendapatkan terapi lisinopril selama 24 minggu akan mendapatkan rerata peningkatan kadar kalium dalam serum adalah 0,1 mEq/L.[1]
Penggunaan lisinopril pada penderita hipertensi dapat menyebabkan penurunan tekanan darah pada perpindahan posisi tanpa adanya kompensasi takikardia. Walaupun hipotensi postural ini jarang ditemukan, tetapi tetap harus diwaspadai pada penderita dengan hipovolemik dan defisiensi natrium. Hipotensi ini dapat semakin parah jika dilakukan kombinasi antara lisinopril dengan diuretik tipe tiazid.[7]
Penurunan Resistensi Perifer dan Tekanan Darah
Studi menunjukkan bahwa onset aktivitas antihipertensi lisinopril dapat diamati satu hingga dua jam setelah administrasi oral dosis tunggal dan penurunan tekanan darah maksimal dapat dicapai dalam waktu 6 jam. Efek penurunan tekanan darah ini masih terjadi dalam waktu 24 jam setelah konsumsi obat. Pemberhentikan lisinopril secara mendadak tidak mengakibatkan peningkatan secara mendadak tekanan darah.
Hasil studi hemodinamik penderita hipertensi esensial menunjukkan bahwa penggunaan lisinopril menyebabkan penurunan resistensi arteri perifer diikuti penurunan tekanan darah, dengan sedikit atau tanpa perubahan pada cardiac output dan denyut jantung.[7]
Farmakokinetik
Farmakokinetik lisinopril secara oral diabsorpsi secara lambat dan inkomplit. Onset kerja obat dilaporkan terjadi dalam 1-2 jam dan durasi 24 jam setelah pemberian.
Absorpsi
Setelah lisinopril diminum, konsentrasi puncak lisinopril dalam serum terjadi dalam kurun waktu 7 jam. Pada penderita infark miokard akut dapat terjadi keterlambatan dalam mencapai konsentrasi puncak lisinopril dalam serum.[7] Penyerapan lisinopril tidak dipengaruhi oleh keberadaan makanan dalam saluran cerna.[1]
Pada anak-anak, studi farmakokinetik pemberian lisinopril 0,1-0,2 mg/kg pada pasien berusia 6 – 16 tahun dengan GFR > 30 mL/min/1,73 m2, menunjukan bahwa kadar puncak konsentrasi lisinopril didapatkan dalam waktu 6 jam dan tingkat absorpsi yang didapatkan dari ekskresi dalam urin adalah 28%.[1]
Distribusi
Lisinopril didistribusikan berikatan sebagian dengan protein plasma. Lisinopril dapat melewati sawar plasenta. Bioavailabilitas absolut lisinopril menurun hingga 16% pada penderita gagal jantung stabil kelas NYHA II-IV dan volume distribusi juga sedikit menurun jika dibandingkan dengan subyek normal.[1,10]
Metabolisme
Lisinopril tidak menjalani metabolisme dalam darah sehingga obat yang diabsorpsi diekskresikan seluruhnya ke dalam urin.[7]
Eliminasi
Eliminasi lisinopril adalah melalui urin, dengan waktu paruh 12 jam. Lisinopril tidak dimetabolisme, sehingga diekskresikan masih dalam bentuk yang tidak berubah.[10]
Gangguan fungsi ginjal menurunkan eliminasi lisinopril karena lisinopril diekskresikan melalui ginjal. Penurunan eliminasi lisinopril ini menjadi penting jika laju filtrasi glomerulus (GFR) menurun di bawah 30mL/menit/1,73 m2. Kerusakan ginjal yang lebih besar menyebabkan puncak atas dan bawah kadar lisinopril meningkat disertai dengan pemanjangan waktu menuju konsentrasi puncak.[7]