Pengawasan Klinis Lisinopril
Pasien yang menggunakan lisinopril hendaknya mendapat pengawasan klinis terkait reaksi anafilaksis, hipotensi, gagal hati, dan gangguan fungsi ginjal.
Reaksi Anafilaksis
Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) dapat mempengaruhi metabolisme eikosanoida dan polipeptida, termasuk bradikinin. Hal ini mengakibatkan angioedema kepala, leher, dan intestinal. Jika terjadi hal ini, lisinopril sebaiknya dihentikan, dan pasien diberikan epinefrin subkutan.[1]
Tekanan Darah
Lisinopril dapat menyebabkan efek samping hipotensi, terutama pada pasien dengan gagal jantung atau yang mengonsumsi diuretik. Lakukan pengukuran tekanan darah berkala, dan edukasi pasien mengenai tanda dan gejala hipotensi. Apabila terjadi hipotensi, penyesuaian dosis mungkin diperlukan.[1]
Pemeriksaan Fungsi Hati dan Bilirubin
Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) sering diasosiasikan dengan sindrom ikterus kolestatik atau hepatitis dan dapat mengakibatkan nekrosis hepatitis fulminan. Lakukan pemeriksaan fungsi hati dan bilirubin berkala pada pasien yang berisiko atau pada konsumsi lisinopril jangka panjang dan dosis besar.[1]
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal sebaiknya diperiksa secara berkala dengan melihat kadar kreatinin dan kalium serum. Pada pasien dengan gangguan ginjal, kenaikan kreatinin serum hingga 20% masih dianggap normal, tetapi jika lebih dari itu sebaiknya pasien dikonsulkan ke spesialis nefrologi.[16]