Farmakologi Dopamin
Farmakologi dopamin berpusat pada stimulasi reseptor dopaminergik, yakni alfa 1 dan beta 1 adrenergik, untuk menghasilkan efek utama meningkatkan curah jantung dan vasodilatasi ginjal.
Farmakodinamik
Farmakodinamik dopamin tergolong unik sebab dopamin bekerja pada tiga reseptor, yakni reseptor alfa 1 dan beta 1 adrenergik, reseptor dopaminergik yang pengaktifannya bergantung pada dosis dopamin yang digunakan.
Dopamin Dosis Rendah
Pada dosis rendah, 0,5–2 μg/kgBB/menit, dopamin bekerja pada reseptor dopaminergik D1 dan D2. Ketika diaktifkan, reseptor D1, memberikan efek vasodilatasi pada otot polos pembuluh darah tertentu yaitu terutama pada pembuluh darah ginjal, otak, mesenterika, dan koroner, sehingga meningkatkan perfusi pada organ yang mendapat vaskularisasinya. Sebagai salah satu hasilnya, aliran darah ginjal meningkat dan diikuti dengan diuresis dan natriuresis.
Efek ini dihasilkan oleh inhibisi Na K ATPase oleh peningkatan cAMP yang diinduksi oleh dopamin, sehingga menurunkan reabsorpsi Na pada tubulus proksimal. Reseptor D2 bekerja pada presinaps saraf simpatis post ganglion, sehingga ketika diaktifkan, reseptor ini akan menginhibisi keluarnya norepinephrine pada ujung saraf simpatis.[2,5,10,11]
Dopamin Dosis Sedang
Pada dosis sedang, 2-10 μg/kgBB/menit, dopamin juga mengaktifkan reseptor beta 1 adrenergik. Reseptor beta 1 adrenergik tersebar di jantung dan sel juxtaglomerulus. Ikatannya dengan dopamin akan memicu pengeluaran norepinephrine dan menghambat reuptake pada ujung saraf simpatis presinaps. Efek yang ditimbulkan adalah peningkatan kontraktilitas jantung, peningkatan nadi melalui stimulasi langsung nodus SA, dan peningkatan impuls elektrik jantung, sehingga curah jantung dapat meningkat.
Dopamin Dosis Tinggi
Pada dosis tinggi, 10-20 μg/kgBB/menit, dopamin menstimulasi reseptor alfa 1 adrenergik. Reseptor alfa 1 banyak tersebar pada otot polos pembuluh darah sehingga efek utama yang ditampilkan adalah vasokonstriksi. Peningkatan resistensi vaskuler yang dibuat oleh dopamin mampu meningkatkan tekanan darah sehingga dopamin banyak digunakan sebagai lini pertama tata laksana hipotensi dan syok.
Pada dosis yang lebih tinggi lagi yakni di atas 20 mg/kgBB/menit, efek vasokonstriksi dari dopamin menjadi dominan sehingga dapat membalikkan efek vasodilatasi ginjal dan mesenterika dari stimulasi dopaminergik.[2,4,11,12]
Farmakokinetik
Farmakokinetik dopamin memiliki onset dan durasi aksi yang cepat, didistribusikan secara luas di tubuh, dimetabolisme di ginjal, plasma, hati oleh perantara monoamine oksidase inhibitor dan diekskresikan di urin sebagai metabolit inaktif.
Absorpsi
Dopamin bersifat tidak aktif jika diberikan secara oral oleh karena itu cara pemberian dopamin dilakukan secara intravena. Cara pemberian ini memungkinkan dopamin diabsorpsi dengan cepat di dalam tubuh sehingga onset yang dibutuhkan untuk dopamin bekerja juga tergolong cepat yaitu lima menit setelah pemberian intravena dengan waktu paruh plasma sekitar 2 menit dan durasi aksi selama 10 menit. Jika pasien mengonsumsi monoamine oxidase (MAO) inhibitor, dopamin akan bekerja lebih lama hingga durasi aksi dapat mencapai 1 jam.
Distribusi
Dopamin didistribusikan di dalam tubuh secara luas namun tidak dapat secara signifikan menembus batas sawar darah.
Metabolisme
Dopamin dimetabolisme menjadi bentuk tidak aktif oleh monoamine oxidase (MAO) dan catechol O methyl transferase (COMT) di dalam hati, ginjal, dan juga plasma. Bentuk metabolit dari dopamin berupa asam homovanilik (HVA) dan 3,4-asam dihidroksiphenilasetat. Sebagian kecil dari dopamin, yaitu sekitar 25%, digunakan pada ujung saraf simpatis untuk dihidroksilasi menjadi norepinephrine.
Eliminasi
Dalam 24 jam, diperkirakan 80% obat diekskresikan di urin dalam bentuk metabolitnya.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri