Indikasi dan Dosis Ranitidin
Indikasi ranitidin adalah untuk penanganan GERD atau gastroesophageal reflux disease, ulkus peptikum, esofagitis erosif, dan kondisi hipersekretori seperti sindrom Zollinger-Ellison. Dosis oral yang biasanya digunakan pada pasien dewasa adalah 150 mg.[3]
Perlu diketahui bahwa di Amerika Serikat penggunaan ranitidin telah ditarik oleh FDA karena sediaan diketahui mengandung N-nitrosodimethylamine (NDMA) yang bersifat karsinogenik. Meski demikian, di Indonesia ranitidin telah diperbolehkan untuk diedarkan kembali.[4,12]
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Pada gastroesophageal reflux disease (GERD), ranitidin diberikan per oral dalam dosis 150 mg setiap 12 jam. Jika akan diberikan secara intramuskuler atau intravena, maka dosis yang disarankan adalah 50 mg setiap 6-8 jam.[3]
Dosis Anak
Ranitidin dapat digunakan pada anak usia 1 bulan hingga 16 tahun. Dosis anak adalah 5-10 mg/kg/hari per oral, dibagi dalam 2 dosis. Dosis maksimum 300 mg/hari.[3]
Ulkus Peptikum
Untuk terapi awal ulkus peptikum, ranitidin diberikan dalam dosis 150 mg per oral setiap 12 jam atau 300 mg per oral sebelum tidur. Kemudian, dosis rumatan yang disarankan adalah 150 mg per oral sebelum tidur.[3]
Dosis Anak
Dosis inisial pada anak yang disarankan adalah 4-8 mg/kg per oral setiap 12 jam, tidak boleh melebihi 300 mg/hari. Dosis rumatan adalah 2-4 mg/kg per oral sekali sehari, tidak boleh melebihi 150 mg/hari.
Jika digunakan secara injeksi, dosis yang disarankan adalah 2-4 mg/kg/hari intravena, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal adalah 50 mg/dosis atau 200 mg/hari.[3]
Esofagitis Erosif
Pada kasus esofagitis erosif, ranitidin diberikan secara oral dengan dosis 150 mg setiap 6 jam. Pilihan lain adalah pemberian intramuskuler atau intravena dalam dosis 50 mg setiap 6-8 jam, melalui bolus atau infus. Kemudian, dosis rumatan yang disarankan adalah 150 mg per oral setiap 12 jam.[3]
Dosis Anak
Untuk esofagitis erosif, dosis anak yang disarankan adalah 5-10 mg/kg/hari per oral dibagi dalam 2 dosis. Dosis maksimum 300 mg/hari.[3]
Hipersekretori Asam Lambung
Untuk kondisi hipersekretori, seperti sindrom Zollinger-Ellison, dosis ranitidin disesuaikan dengan respon klinis masing-masing pasien. Untuk tahap awal, ranitidin dapat diberikan per oral dengan dosis 150 mg setiap 12 jam. Dosis dapat ditingkatkan hingga 6 gram/hari.[3]
Infeksi Helicobacter pylori (Off Label)
Untuk eradikasi H. pylori, berikan kombinasi ranitidin tablet per oral 300 mg sekali sehari sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari, dengan amoxicillin 750 mg dan metronidazole 500 mg 3 kali sehari selama 2 minggu. Terapi ranitidin dilanjutkan hingga minggu keempat.[7,9]
Profilaksis Ulkus Lambung (Off Label)
Untuk mencegah ulkus yang diakibatkan oleh obat-obat, misalnya aspirin atau ibuprofen, ranitidin dapat diberikan dalam dosis 300 mg sebelum tidur atau 150 mg 2 kali sehari.
Ranitidin untuk stress ulcer diberikan secara intravena dengan dosis 50 mg bolus lambat. Kemudian, pemberian dilanjutkan dengan infus intravena 0,125-0,5 mg/kg/jam sampai pasien bisa makan secara oral. Ganti pemberian menjadi ranitidin tablet 150 mg 2 kali sehari.[7]
Penyesuaian Dosis pada Gangguan Ginjal
Penyesuaian dosis harus diperhatikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Jika klirens kreatinin kurang dari 50 ml/menit, dosis oral tidak boleh melebihi 150 mg/hari dan dosis parenteral tidak melebihi 25 mg.[7]
Penulisan pertama oleh: dr. Khrisna Rangga Permana