Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Omeprazole
Penggunaan omeprazole pada kehamilan telah dilaporkan memberi efek buruk pada studi hewan coba. Omeprazole diketahui dikeluarkan melalui ASI pada ibu menyusui.[1,5,8]
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukkan omeprazole dalam Kategori C. Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
TGA memasukkan omeprazole dalam Kategori B3. Artinya, jumlah pasien hamil dan menyusui yang mengonsumsi obat tersebut masih terbatas; observasi pada pasien-pasien tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau risiko lain terhadap janin.
Omeprazole menghasilkan peningkatan terkait dosis pada kematian embrio, resorpsi janin, dan gangguan kehamilan pada kelinci yang mendapat 17 hingga 172 kali dosis manusia. Pada tikus, toksisitas embrio atau janin terkait dosis dan toksisitas perkembangan pascakelahiran diamati pada dosis 35 hingga 345 kali dosis manusia.[1,5,10,11]
Omeprazole kerap digunakan dalam pengelolaan ulkus peptikum, ulserasi lambung karena obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), sindrom Zollinger-Ellison, dan infeksi H. pylori
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Penggunaan omeprazole pada wanita yang menyusui memiliki data studi yang terbatas mengenai seberapa banyak konsentrasi omeprazole yang terkandung di ASI. Tidak diketahui efek omeprazole pada bayi yang disusui oleh ibu yang mengonsumsi omeprazole, sehingga penggunaannya pada ibu yang menyusui ataupun keputusan untuk tidak menyusui harus menimbang manfaat dan risiko masing-masing kasus.[1,5]
Informasi yang terbatas menunjukkan bahwa dosis omeprazole ibu 20 mg/hari menghasilkan kadar yang rendah dalam ASI dan diduga tidak menyebabkan efek samping pada bayi yang disusui.[19]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH