Farmakologi Faktor VII
Farmakologi faktor VII adalah sebagai faktor koagulasi yang menginisiasi jalur ekstrinsik dari kaskade koagulasi. Rekombinan faktor VIIa meningkatkan hemostasis pada lokasi yang mengalami cedera jaringan, tanpa efek sistemik atau hiperkoagulabilitas. Normalnya, faktor VIIa terdapat dalam sistem sirkulasi dengan jumlah kecil dan mempunyai aktivitas enzimatik yang sangat lemah, hingga saat faktor VII berikatan dengan faktor jaringan (tissue factor).[4,5]
Farmakodinamik
Rekombinan faktor VIIa merupakan analog rekombinan dari faktor VIIa manusia, yaitu suatu faktor koagulasi tergantung vitamin K. Rekombinan faktor VIIa bekerja dengan dua mekanisme, yaitu:
- Rekombinan faktor VIIa membentuk kompleks dengan faktor jaringan (tissue factor) yang dilepaskan saat cedera jaringan. Selanjutnya, terjadi aktivasi faktor X menjadi faktor Xa secara langsung
- Rekombinan faktor VIIa juga berikatan dengan platelet yang teraktivasi, yang akan meningkatkan aktivasi faktor X pada lokasi cedera jaringan
Aktivasi faktor X menjadi faktor Xa melalui kedua mekanisme ini akan menginisiasi kaskade koagulasi, di mana prothrombin dikonversi menjadi thrombin dan selanjutnya fibrinogen dikonversi menjadi fibrin, sehingga terjadi proses hemostatis lokal pada lokasi perdarahan.[2,6,7]
Pemberian rekombinan faktor VIIa dosis tinggi akan meningkat kadar faktor VIIa secara signifikan dibandingkan pada kondisi fisiologis, sehingga meningkatkan pembentukan thrombin. Pemberian rekombinan faktor VIIa juga akan berikatan dengan membran fosfolipid dari platelet yang teraktivasi dan mengaktivasi faktor X dan faktor IX, bahkan tanpa adanya faktor jaringan (tissue factor), sehingga akan meningkatkan koagulasi.[4]
Aktivitas rekombinan faktor VIIa akan menurun pada keadaan di mana faktor koagulan lain menurun, keadaan trombositopenia, dan keadaan asidosis. Rekombinan faktor VIIa memiliki efek farmakodinamik yang tergantung pada dosis dan konsentrasinya, yaitu pemendekan aPTT (activated partial thromboplastin time) dan PT (prothrombin time) serta peningkatan pembentukan thrombinan dengan platelet (TGT).[3,6]
Farmakokinetik
Farmakokinetik faktor VII sedikit berbeda tergantung pada dosis pemberiannya.
Absorpsi
Lima menit setelah injeksi intravena yang mengandung rekombinan faktor VIIa dosis 75 µg/kg dan 225 µg/kg, kadar puncak plasma tercapai sebesar 566,2 ng/ml dan 2440,6 ng/ml berturut-turut.[6]
Distribusi
Distribusi volume pada keadaan tetap (VSS) setelah injeksi rekombinan faktor VII dalam dosis 75 µg/kg adalah 19,9 L/kg/menit. Sementara itu, VSS pada dosis 225 µg/kg adalah 11,9 L/kg/menit. Pada pemberian dengan dosis 17,5 µg/kg, 35 µg/kg, dan 70 µg/kg, nilai VSS adalah 103 ml/kg.[2,6]
Metabolisme
Ada beberapa reseptor yang diduga berkaitan dengan metabolisme faktor VII. Reseptor LDL (low density lipoprotein) dan LRP (lipoprotein receptor-related protein) merupakan reseptor yang berperan dalam clearance faktor VIII, faktor IX, dan faktor Xa secara in vivo. Ada juga serpin receptor 1 di hati, yaitu suatu reseptor hepatik endositotik yang memediasi clearance kompleks ATIII-protease yang berpotensi memediasi clearance rekombinan faktor VIIa.[8]
Reseptor spesifik karbohidrat seperti asialoglycoprotein receptor (ASGPR) yang banyak ada di hepar juga menunjukan peran clearance hepatik dari glycosylated rFVIIa.[8]
Eliminasi
Kekurangan dari rekombinan faktor VIIa (rFVIIa) adalah waktu paruhnya yang singkat, yaitu sekitar 2,7 jam dengan clearance 0,5 ml/kg/menit. Waktu clearance bahkan lebih cepat lagi pada pasien berusia <15 tahun.[1]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur