Efek Samping dan Interaksi Obat Clomipramine
Efek samping clomipramine yang perlu diwaspadai adalah peningkatan risiko ideasi dan perilaku bunuh diri, serta sindrom serotonin. Interaksi obat bisa terjadi pada penggunaan dengan obat yang mempengaruhi enzim mikrosomal hepar, seperti cimetidine, dan obat yang berkaitan dengan sindrom serotonin, seperti fluoxetine.[2,3]
Efek Samping
Efek samping paling sering dari clomipramine adalah mual, peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan, sedasi, mulut kering, dan konstipasi. Efek samping lain clomipramine mencakup retensi urin, pandangan mata kabur, pusing, fatigue, hipotensi, gelisah, berkeringat, urin biru kehijauan, dan disfungsi seksual.
Efek samping berat yang bisa timbul adalah aritmia, takikardia, pemanjangan interval QT, kejang, ileus paralitik, hipertermia, gagal hepar, peningkatan tekanan intraokular, induksi mania, dan ide atau perilaku bunuh diri.[2,3]
Efek Samping Signifikan
Potensi efek samping signifikan clomipramine mencakup ideasi dan perilaku bunuh diri, aktivasi psikosis dan episode hipomanik atau manik, kejang, pemanjangan interval QT, dan torsades de pointes. Clomipramine juga bisa menimbulkan efek antikolinergik, yang mencakup konstipasi, ileus paralitik, xerostomia, penglihatan kabur, dan retensi urin.
Potensi efek samping signifikan lain adalah depresi sistem saraf pusat, sindrom serotonin, hipotensi ortostatik, krisis hipertensi, disfungsi seksual pria, sindrom sekresi hormon antidiuretik tidak tepat (SIADH), hiponatremia, cedera hepar, dan sindrom withdrawal. Meski jarang terjadi, dapat timbul penekanan sumsum tulang dan drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS).[5]
Efek Samping Menurut Sistem Organ
Berikut merupakan potensi efek samping clomipramine menurut sistem organ:
- Hematologi: leukopenia, agranulositosis, trombositopenia
- Kardiak dan respirasi: sinus takikardia, palpitasi, perubahan EKG (misalnya perubahan ST dan T), faringitis, rhinitis, batuk
- Sistem indera: tinnitus, gangguan akomodasi, hiperhidrosis, ruam, pruritus, fotosensitivitas
- Gastrointestinal: mual, muntah, diare, pencernaan yg terganggu
- Muskuloskeletal: kelemahan otot, hipertonia, mialgia
- Saraf dan kejiwaan: pusing, sakit kepala, mengantuk, tremor, mioklonus, gangguan bicara, parestesia, disgeusia, gangguan memori, gangguan perhatian, kegelisahan, kebingungan, insomnia, delirium, agresi, kecemasan, agitasi, disorientasi, halusinasi, mimpi buruk
- Urogenital: gangguan berkemih, gangguan libido, galaktorea, pembesaran payudara, impotensi orgasme pada wanita, kegagalan ejakulasi
- Lainnya: kelelahan, edema, hiperpireksia, berat badan bertambah, perubahan nafsu makan[5]
Overdosis
Overdosis clomipramine akan menyebabkan gejala seperti penurunan kesadaran, depresi napas, sindrom serotonin, aritmia hingga syok dan gagal jantung, midriasis, berkeringat, serta kejang dan gerakan athetoid atau choreoathetoid. Pada kasus yang jarang, pasien bisa mengalami infark miokard.
Penatalaksanaan overdosis clomipramine adalah dengan pengobatan simtomatik dan suportif. Untuk overdosis hingga 12 jam atau lebih, dapat diberikan karbon aktif untuk mengurangi penyerapan. Alternatif lain adalah menginduksi muntah sesegera mungkin jika pasien sadar.
Amankan jalan napas dengan intubasi endotrakeal jika pasien tidak sadarkan diri atau mengalami gagal napas. Perbaiki kadar elektrolit atau asidosis, dan pertimbangkan implantasi alat pacu jantung. Pantau semua pasien dengan kelainan EKG di bawah pengawasan ketat setidaknya selama 48 jam.
Untuk pasien dengan torsades de pointes, hentikan terapi obat dan perbaiki hipoksia, kelainan elektrolit, dan gangguan asam basa. Untuk kasus torsades de pointes persisten, dapat diberikan 2 g (20 mL larutan 10%) magnesium sulfat IV selama 30-120 detik, diulangi dua kali dengan interval 5-15 menit jika perlu. Sebagai alternatif untuk menghilangkan aritmia, dapat dilakukan pacu jantung atrium dan ventrikel atau infus isoprenalin untuk mencapai denyut jantung 90-110 kali/menit.
Untuk kejang, berikan diazepam IV atau antikonvulsan lain seperti phenobarbital. Tetapi, perlu diwaspadai karena obat ini dapat memperburuk gagal napas, hipotensi, atau koma yang sudah ada.[5]
Interaksi Obat
Interaksi obat clomipramine dapat meningkatkan risiko efek samping berat, termasuk sindrom serotonin dan aritmia fatal.[1,3,5]
Interaksi yang Berpotensi Fatal
Peningkatan risiko sindrom serotonin dapat terjadi jika clomipramine digunakan dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOI) untuk pengobatan gangguan kejiwaan, misalnya moclobemide. Risiko sindrom serotonin juga meningkat pada penggunaan dengan linezolid dan agen serotonergik lain seperti fluoxetine, fentanil, dan buspirone.
Peningkatan risiko pemanjangan interval QT dan torsades de pointes dapat terjadi pada penggunaan dengan diuretik dan antiaritmia seperti disopyramide dan procainamide. Risiko ini juga meningkat pada penggunaan dengan antidepresan trisiklik lain seperti amitriptyline; antipsikotik tertentu seperti fenotiazin dan pimozide; antihistamin seperti terfenadine; serta obat lain seperti kina dan pentamidin.[5]
Meningkatkan Konsentrasi Obat
Penggunaan bersama dengan golongan SSRI seperti fluoxetine, dan SNRI seperti duloxetine bisa meningkatkan konsentrasi plasma clomipramine dan meningkatkan risiko efek samping. Penggunaan bersama dengan cimetidine atau haloperidol juga bisa meningkatkan konsentrasi clomipramine dan meningkatkan risiko timbulnya efek samping.[1,3]
Menurunkan Konsentrasi Obat
Konsentrasi plasma clomipramine berpotensi turun jika digunakan bersama dengan rifampicin, barbiturate, carbamazepine, phenobarbital, phenytoin, nikotin, dan cholestyramine.[5]
Potensiasi Efek Obat Lain
Clomipramine dapat mempotensiasi efek depresan saraf pusat dari barbiturat, benzodiazepin, analgesik opioid, dan anestesi umum. Clomipramine juga dapat mempotensiasi efek antikolinergik dari obat antiparkinson seperti biperiden dan entacapone, selegiline. Obat ini juga dapat mempotensiasi efek kardiovaskular dari epinefrin, efedrin, isoprenalin, norepinefrin, dan phenylpropanolamine.[5]
Peningkatan Risiko Efek Samping Lainnya
Peningkatan risiko aritmia ventrikel pada penggunaan dengan dengan pimozide, thioridazine, dan levacetylmethadol. Risiko efek hipotensi postural berat dapat terjadi pada penggunaan dengan altretamine. Peningkatan risiko perdarahan dengan penggunaan bersama antikoagulan, turunan asam salisilat, obat antiinflamasi nonsteroid, dan obat antirematik. Peningkatan risiko kejang dapat terjadi pada penggunaan dengan tramadol, fenotiazin, dan neuroleptik.[5]