Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Kontraindikasi dan Peringatan Paroxetine annisa-meidina 2023-12-19T14:10:05+07:00 2023-12-19T14:10:05+07:00
Paroxetine
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Kontraindikasi dan Peringatan Paroxetine

Oleh :
dr.Reni Widyastuti, Sp.FK
Share To Social Media:

Kontraindikasi penggunaan paroxetine adalah hipersensitivitas dan penggunaan bersama obat-obat golongan monoamine oxidase inhibitors (MAOI), thioridazine, dan pimozide. Paroxetine memiliki potensi meningkatkan risiko munculnya ide bunuh diri, sehingga penggunaan pada pasien depresi harus dimonitor.[1,2]

Kontraindikasi

Paroxetine dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap zat aktif atau eksipien yang terkandung dalam obat ini. Paroxetine juga dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat thioridazine dan pimozide karena dapat meningkatkan risiko risiko pemanjangan gelombang QT dan aritmia ventrikel.[1,2]

Selain itu, paroxetine dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat obat-obat golongan MAOI dalam 14 hari terakhir. Paroxetine juga dikontraindikasikan pada pasien yang mendapatkan obat serotonergik seperti golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), triptan, antidepresan trisiklik, fentanil, lithium, tramadol, dan St. John’s Wort karena berisiko menyebabkan sindrom serotonin.[1,2,10]

Peringatan

Paroxetine berpotensi meningkatkan risiko munculnya ide bunuh diri pada pasien. Pasien dengan depresi harus dimonitor untuk mengetahui adanya perubahan perilaku setelah mendapat paroxetine. Paroxetine harus dihentikan jika depresinya memburuk atau muncul ide bunuh diri.

Penggunaan paroxetine juga dapat mengungkapkan adanya gangguan bipolar. Oleh karena itu, perlu dilakukan skrining risiko gangguan bipolar dengan menanyakan riwayat psikiatrik seperti riwayat bunuh diri dalam keluarga, gangguan bipolar, dan depresi sebelum memulai terapi.[1,2]

Paroxetine dapat menyebabkan sindrom serotonin yang berpotensi mengancam nyawa. Risikonya meningkat jika digunakan bersamaan dengan obat-obat serotonergik seperti triptan, antidepresan trisiklik, fentanil, litium, tramadol, triptofan, buspirone, amfetamin, dan St. John’s wort. Risiko sindrom serotonin juga meningkat jika digunakan bersamaan dengan obat yang mengganggu metabolisme serotonin seperti MAOI.[1,2,10]

Gejala sindrom serotonin di antaranya:

  • Perubahan status mental seperti agitasi, halusinasi, delirium, dan koma
  • Gangguan otonom seperti takikardi, tekanan darah tidak stabil, pusing, diaforesis, flushing, dan hipertermia
  • Gejala neuromuskular seperti tremor, rigiditas, mioklonus, hiperrefleksia, dan kejang
  • Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare[1,2]

Penghentian terapi paroxetine secara mendadak dapat menyebabkan munculnya  withdrawal syndrome sehingga direkomendasikan untuk dilakukan secara bertahap. Gejala withdrawal syndrome paroxetine dapat berupa:

  • Mual, sakit kepala, atau pusing
  • Gangguan mood seperti disforia, iritabilitas, agitasi, dan cemas
  • Gangguan sensorik dan tinnitus
  • Tremor dan kejang[1,2]

Referensi

1. Food and Drug Administration (FDA). 2021. Highlights of Prescribing Information; Paroxetine. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2021/020031s077lbl.pdf
2. Therapeutic of Good Administration (TGA). 2020. Australian Product Information – Apx-Paroxetine (Paroxetine (As Hydrochloride)) Tablet. https://www.ebs.tga.gov.au/ebs/picmi/picmirepository.nsf/pdf?OpenAgent&id=CP-2010-PI-01591-3
10. Drugs.com. Drug Interactions between paroxetine and St. John's wort. accessed 11 November 2023. https://www.drugs.com/drug-interactions/paroxetine-with-st-john-s-wort-1800-0-2106-0.html?professional=1

Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...
Pengawasan Klinis Paroxetine

Artikel Terkait

  • Hubungan Depresi dan Jumlah Langkah
    Hubungan Depresi dan Jumlah Langkah
  • Penilaian Risiko Pasien Bunuh Diri
    Penilaian Risiko Pasien Bunuh Diri
  • Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
    Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
  • Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
    Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
  • Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
    Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 08 Mei 2025, 18:58
Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyalahgunaan narkoba
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien usia 38 thn laki laki dengan penyalahgunaan narkoba ganja dan sabu beliau memiliki bpjs, pasien dengan keluhan sering sedih,...
Anonymous
Dibalas 11 Maret 2025, 00:36
Terapi depresi di Faskes Primer
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya dokter. Bagaimana memulai terapi depresi di Puskesmas dokter dengan kriteria sudah memenuhi kriteria depresi. Ditambah lagi sudh...
dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
Dibalas 17 September 2024, 08:35
Mengenal distimia (persistent depressive disorder)
Oleh: dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
3 Balasan
Distimia, juga dikenal sebagai gangguan depresi persisten (Persistent Depressive Disorder, PDD). Distimia merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.