Kontraindikasi dan Peringatan Vortioxetine
Kontraindikasi vortioxetine adalah pada pasien yang memiliki hipersensitivitas dan pada pasien yang mengonsumsi MAOI (monoamine oxidase inhibitor). Peringatan perlu diberikan terkait vortioxetine yang merupakan obat antidepresan yang memiliki mekanisme kerja pada reseptor serotonin, sehingga dapat menyebabkan sindrom serotonin.[9,10]
Kontraindikasi
Vortioxetine tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas pada obat ini ataupun komponen lain dalam sediaan. Angioedema pernah dilaporkan pada pasien yang mengonsumsi vortioxetine.[11]
Vortioxetine tidak boleh diberikan pada pasien yang mengkonsumsi MAOI. MAOI tidak boleh diberikan dalam waktu 21 hari setelah vortioxetine dihentikan. Vortioxetine juga tidak boleh diberikan apabila MAOI dihentikan tetapi masih dalam periode waktu kurang dari 14 hari. Pemberian linezolid dan MAOI bersama dengan vortioxetine juga kontraindikasi. Contoh MAOI adalah phenelzine dan selegiline.[9-11]
Peringatan
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat memberikan vortioxetine adalah peningkatan risiko sindrom serotonin, utamanya jika diberikan bersama antidepresan lain.
Peningkatan Risiko Sindrom Serotonin
Pemberian vortioxetine akan meningkatkan risiko kejadian sindrom serotonin, utamanya jika digunakan bersama dengan beberapa obat yang termasuk golongan serotonergik. Golongan obat ini mencakup SNRI (serotonin norepinephrine reuptake inhibitor) seperti duloxetine; SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) seperti paroxetine dan citalopram; antidepresan trisiklik seperti amitriptyline; dan MAOI (monoamine oxidase inhibitor) seperti phenelzine dan selegiline.
Pasien harus dipantau saat awal terapi dan pada saat dosis akan dinaikkan. Apabila sindrom serotonin terjadi, maka penggunaan kedua obat harus dihentikan segera, dan diberikan obat suportif yang sesuai dengan gejala yang muncul.[7,10]
Gejala sindrom serotonin dapat berupa:
- Perubahan status mental: agitasi, halusinasi, delirium, hingga koma
- Instabilitas autonom: takikardia, tekanan darah yang tidak stabil, pusing, diaforesis, flushing, dan hipertermia
- Gejala neuromuskular: tremor, rigiditas, mioklonus, hiperrefleksia, dan inkoordinasi
- Lainnya: kejang, serta gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare[11]
Penggunaan Bersama Carbamazepine
Penggunaan vortioxetine bersamaan dengan carbamazepine lebih dari 14 hari menyebabkan kadar vortioxetine menurun, sehingga direkomendasikan dilakukan peningkatan dosis. Dosis maksimum yang dianjurkan tidak melebihi 3 kali dosis normal. Sebaliknya, pada saat obat carbamazepine akan dihentikan, dosis vortioxetine kembali normal dalam waktu 14 hari.[7,10]
Perburukan Klinis dan Risiko Bunuh Diri
Pasien dengan gangguan depresi mayor dapat mengalami perburukan gejala, pemikiran dan perilaku bunuh diri, atau perubahan perilaku. Seluruh pasien yang mendapat terapi antidepresan untuk indikasi apapun memerlukan pemantauan ketat terkait perburukan gejala, kecenderungan bunuh diri, dan perubahan perilaku, utamanya pada bulan-bulan pertama pemberian terapi ataupun penyesuaian dosis.
Keluarga dan pengasuh pasien yang mendapat terapi antidepresan perlu mendapat edukasi dan penjelasan terkait risiko ini. Minta mereka untuk mengawasi timbulnya agitasi, iritabilitas, perubahan perilaku, perburukan gejala, dan kecenderungan bunuh diri. [11]
Penapisan Gangguan Bipolar
Gangguan depresi mayor bisa menjadi manifestasi awal dari gangguan bipolar. Penatalaksanaan dengan antidepresan dapat mempresipitasi episode manik pada pasien yang berisiko mengalami gangguan bipolar. Oleh karena itu, sebelum melakukan tata laksana dengan antidepresan, pasien dengan gejala depresi perlu menjalani penapisan risiko gangguan bipolar dengan riwayat psikiatri lengkap, termasuk riwayat keluarga bunuh diri, gangguan bipolar, dan depresi.[11]
Risiko Perdarahan
Penggunaan obat yang mengganggu inhibisi reuptake serotonin, termasuk vortioxetine, dapat meningkatkan risiko perdarahan. Hal ini utamanya jika obat digunakan bersama dengan aspirin, warfarin, atau antikoagulan lain. Perdarahan dapat berupa ekimosis, hematoma, epistaksis, petekie, hingga perdarahan yang mengancam nyawa.[11]
Aktivasi Mania dan Hipomania
Gejala mania dan hipomania pernah dilaporkan pada <0,1% pasien yang mendapat vortioxetine. Gunakan obat secara hati-hati pada pasien dengan riwayat dahulu atau riwayat keluarga dengan gangguan bipolar, mania, atau hipomania.[11]
Risiko Hiponatremia
Hiponatremia pernah dilaporkan terjadi akibat penggunaan obat serotonergik. Hal ini diduga berkaitan dengan syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH). Pasien lansia, pasien yang mengonsumsi diuretik, dan pasien yang mengalami gangguan volume (seperti dehidrasi) lebih berisiko mengalami hiponatremia.
Gejala hiponatremia mencakup nyeri kepala, gangguan konsentrasi, gangguan memori, konfusi, kelemahan, dan jatuh. Gejala yang lebih berat dan akut dapat berupa halusinasi, sinkop, kejang, koma, henti napas, hingga kematian.[11]