Pengawasan Klinis Vortioxetine
Pengawasan klinis vortioxetine perlu dilakukan terkait respon klinis dan risiko efek samping, termasuk sindrom serotonin dan perilaku bunuh diri.
Sindrom Serotonin
Penggunaan antidepresan, termasuk vortioxetine, dapat meningkatkan risiko sindrom serotonin, utamanya jika bersama dengan obat serotonergik lain seperti amitriptyline dan duloxetine. Pengawasan klinis mencakup perubahan status mental, instabilitas autonom, gejala neuromuskular, kejang, dan gejala gastrointestinal.[7,9,10,13]
Perburukan Gejala dan Risiko Bunuh Diri
Pantau pasien gangguan depresi mayor yang mengonsumsi vortioxetine terkait perburukan gejala, pemikiran dan perilaku bunuh diri, serta perubahan perilaku. Pemantauan utamanya dilakukan pada bulan-bulan pertama pemberian terapi ataupun penyesuaian dosis.
Berikan edukasi pada keluarga dan pengasuh pasien, agar dapat melakukan pemantauan harian terkait risiko ini. Minta mereka untuk mengawasi timbulnya agitasi, iritabilitas, perubahan perilaku, perburukan gejala, dan kecenderungan bunuh diri.[11]
Risiko Perdarahan
Penggunaan obat vortioxetine dapat meningkatkan risiko perdarahan, terutama jika digunakan bersama aspirin, warfarin, atau antikoagulan lain. Lakukan pemantauan adanya ekimosis, hematoma, epistaksis, petekie, hingga perdarahan organ dalam.[7,9,10,13]
Risiko Hiponatremia
Pemberian vortioxetine dapat menyebabkan hiponatremia simtomatik. Risiko meningkat pada pasien lansia, konsumsi diuretik, atau pasien dengan masalah volume seperti pada kasus dehidrasi. Hiponatremia dapat menyebabkan nyeri kepala, gangguan konsentrasi, gangguan memori, konfusi, kelemahan, jatuh, hingga gejala berat (seperti halusinasi, sinkop, kejang, koma, henti napas, dan kematian).[7,9,10,13]