Pengawasan Klinis Chlorpromazine
Pengawasan klinis pemberian chlorpromazine adalah terhadap kemungkinan efek samping obat, misalnya reaksi ekstrapiramidal, efek hipotensi serta potensi obat menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Pengawasan juga diperlukan untuk mendeteksi terjadinya gangguan fungsi hepar akibat chlorpromazine dan pada pasien epilepsi.
Reaksi Ekstrapiramidal
Penggunaan chlorpromazine dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal, misalnya akathisia, reaksi distonia akut, dan pseudoparkinsonism, serta diskinesia tardif. Risiko terjadinya distonia meningkat dengan dosis obat yang lebih tinggi. Gejala-gejala ini terkadang menyerupai penyakit sistem saraf lain, misalnya Reye’s syndrome atau ensefalitis, sehingga kadang terjadi misdiagnosis.[5,6]
Efek Hipotensi
Injeksi chlorpromazine dapat menyebabkan hipotensi postural, takikardia, pingsan, dan dizziness. Biasanya efek ini timbul setelah injeksi pertama, tetapi kadang dapat berulang pada injeksi berikutnya. Untuk mencegah hipotensi, pasien sebaiknya berbaring dan diobservasi setidaknya 30 menit setelah injeksi.
Untuk mengontrol hipotensi, posisikan kepala pasien lebih rendah dan kaki terangkat. Jika dibutuhkan, dapat diberikan vasokonstriktor, seperti norepinefrin dan phenylephrine. Hindari epinefrin, karena berpotensi terjadi efek paradoksikal yang menyebabkan tekanan darah semakin turun.[13]
Reaksi Hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas, termasuk anafilaksis, urtikaria, dan angioedema pernah dilaporkan terjadi akibat chlorpromazine. Dermatitis kontak iritan juga dilaporkan pernah timbul setelah kulit berkontak dengan larutan chlorpromazine hidroklorida. Jika ditemukan tanda-tanda alergi, hentikan pemberian chlorpromazine.[5]
Hepatotoksisitas
Pemeriksaan fungsi hepar, terutama SGPT dan bilirubin, sebaiknya dilakukan pada pasien yang menjalani pengobatan chlorpromazine jangka panjang. Terapi sebaiknya dihentikan jika pasien mengalami hiperbilirubinemia, bilirubinuria, atau ikterus.[3,5]
Penggunaan pada Pasien Epilepsi
Penggunaan chlorpromazine dapat menurunkan ambang kejang pasien. Oleh sebab itu sebaiknya chlorpromazine dihindari pada pasien dengan riwayat epilepsi.[5,6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra