Kontraindikasi dan Peringatan Chlorpromazine
Kontraindikasi chlorpromazine adalah pada orang yang memiliki riwayat hipersensitivitas chlorpromazine atau obat-obatan lain yang berasal dari golongan fenotiazin. Peringatan diberikan untuk tidak meresepkan chlorpromazine kepada pasien geriatri dengan gejala psikosis yang terkait demensia, karena meningkatkan risiko kematian pasien.[1,13]
Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian chlorpromazine adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap chlorpromazine, maupun obat dari golongan fenotiazin lainnya, seperti fluphenazine atau promazine.
Penggunaan chlorpromazine pada pasien geriatri dengan psikosis terkait demensia juga merupakan kontraindikasi chlorpromazine. Pemberian chlorpromazine kepada pasien-pasien ini meningkatkan risiko kematian. Food and Drugs Administration (FDA) tidak menyetujui penggunaan chlorpromazine sebagai tata laksana psikosis terkait demensia.
Chlorpromazine juga dikontraindikasikan adalah pada pasien yang sedang koma atau pasien memiliki riwayat mengonsumsi zat-zat yang menyebabkan depresi pada sistem saraf pusat, misalnya alkohol, barbiturat, seperti fenobarbital, dan opiat. Kontraindikasi lain penggunaan chlorpromazine adalah pada pasien yang mengalami kolaps sirkulasi, depresi sumsum tulang, dan feokromositoma.[3,5,6,13]
Peringatan
Peringatan penggunaan chlorpromazine diberikan kepada pada pasien dengan psikosis terkait demensia. Peringatan juga diberikan atas potensi chlorpromazine menyebabkan reaksi ekstrapiramidal, diskinesia tardif, neuroleptic malignant syndrome, dan risiko jatuh. Penghentian chlorpromazine juga tidak boleh dilakukan dengan tiba-tiba.
Reaksi Ekstrapiramidal
Reaksi ekstrapiramidal dapat terjadi setelah penggunaan chlorpromazine. Gejala ekstrapiramidal yang muncul terkadang menyerupai gangguan sistem saraf lainnya, misalnya ensefalitis, Reye’s syndrome, ensefalopati, meningitis, atau tetanus. Akibatnya, penyakit-penyakit tersebut dapat salah didiagnosis sebagai efek samping obat. Hindari penggunaan chlorpromazine pada anak-anak dan remaja yang memiliki gejala menyerupai Reye’s syndrome.[5,6]
Diskinesia Tardif
Penggunaan chlorpromazine jangka panjang dihubungkan dengan reaksi distonik involunter yang dapat bersifat irreversible. Diskinesia tardif dilaporkan sering dijumpai pada pasien perempuan yang berusia lebih tua. Penghentian antipsikotik tidak selalu efektif untuk menghilangkan gejala.[5,6]
Neuroleptic Malignant Syndrome
Manifestasi klinis neuroleptic malignant syndrome (NMS), antara lain hiperpireksia, rigiditas otot, gangguan kesadaran, dan adanya instabilitas otonom, misalnya denyut jantung atau tekanan darah yang ireguler, takikardia, diaforesis dan gangguan irama jantung. NMS dapat berakibat fatal. Chlorpromazine harus segera dihentikan pada pasien yang memiliki gejala NMS.[5,6]
Risiko Jatuh
Chlorpromazine dapat menyebabkan somnolen, hipotensi postural, serta instabilitas motorik dan sensorik. Hal ini dapat mengakibatkan risiko jatuh pasien meningkat. Risiko jatuh pasien harus dinilai sebelum dan secara berkala selama terapi menggunakan chlorpromazine.[5,6]
Penghentian Chlorpromazine
Penghentian chlorpromazine secara tiba-tiba dapat menyebabkan gejala putus obat, seperti nausea, muntah, sakit kepala, ansietas, agitasi, diskinesia, dan insomnia. Perburukan gejala penyakit juga dapat terjadi. Untuk itu, penghentian chlorpromazine perlu dilakukan secara bertahap.[5,6,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra