Efek Samping dan Interaksi Obat Chlorpromazine
Efek samping yang dapat ditemukan akibat penggunaan chlorpromazine adalah reaksi ekstrapiramidal, seperti adanya gejala menyerupai Parkinson, dystonia, akathisia, dan tardive dyskinesia. Interaksi obat terjadi antara chlorpromazine dengan berbagai obat penghambat CYP1A2, misalnya ciprofloxacin dan kontrasepsi oral, yang mengakibatkan kadar chlorpromazine meningkat dalam tubuh.
Efek Samping
Beberapa efek samping chlorpromazine dapat timbul dengan intensitas yang lebih berat pada pasien dengan komorbiditas tertentu. Misalnya, pasien dengan insufisiensi mitral atau feokromositoma dilaporkan mengalami efek samping hipotensi yang lebih berat.[6,13]
Mengantuk
Efek samping mengantuk dapat timbul dalam intensitas ringan-sedang. Efek ini bisa timbul dalam 1–2 minggu pertama pemberian, dan umumnya membaik setelah itu. Jika dirasakan mengganggu, dosis obat dapat dikurangi.[1,11]
Ikterus
Efek samping ikterus lebih jarang terjadi, dan berbagai ahli menduga ikterus timbul karena reaksi hipersensitivitas. Jika terjadi, biasanya ikterus terlihat setelah penggunaan obat selama 2–4 minggu.[11,13]
Gangguan Hematologi
Kebanyakan gangguan hematologi timbul pada minggu ke-4 hingga ke-10 dari terapi chlorpromazine. Gangguan hematologi dapat berupa agranulositosis, leukopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, trombositopenia, purpura, dan pansitopenia.[1,13]
Gangguan Kardiovaskular
Meskipun cukup jarang, efek samping kardiovaskular dapat ditemukan, terutama pada pemberian secara intravena. Gangguan kardiovaskular dapat berupa hipotensi ortostatik dan takikardia. Chlorpromazine juga dilaporkan dapat menyebabkan perubahan elektrokardiografi (EKG) nonspesifik, seperti distorsi gelombang QT.[11,13]
Gangguan Neurologi
Chlorpromazine dapat menimbulkan gangguan neurologi berupa gejala ekstrapiramidal. Gejala yang akan muncul adalah akathisia, distonia, kekakuan otot, neuroleptic malignant syndrome (NMS), gejala menyerupai penyakit Parkinson, dan diskinesia tardif.[11,13]
Gangguan Endokrin
Gangguan endokrin yang dapat muncul akibat pemberian chlorpromazine adalah laktasi dan breast engorgement pada wanita yang diberikan dosis besar. Hiperglikemia, hipoglikemia, dan glikosuria juga pernah dilaporkan.[13]
Reaksi Autonom
Reaksi autonom yang pernah dilaporkan adalah mulut kering, kongesti nasal, obstipasi, retensi urin, priapismus, miosis, dan gangguan ejakulasi.[13]
Interaksi Obat
Interaksi obat antara chlorpromazine dengan obat-obatan lain dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan kadar chlorpromazine dalam tubuh. Selain itu, chlorpromazine juga dapat mengalami interaksi obat yang menyebabkan efek obat lain terganggu.
Interaksi yang Menyebabkan Penurunan Kadar Chlorpromazine
Interaksi obat antara chlorpromazine dengan benztropine dapat menurunkan absorpsi chlorpromazine. Pemberian antasida bersamaan dengan chlorpromazine dapat memperlambat absorpsi chlorpromazine. Interaksi obat juga dapat terjadi antara chlorpromazine dengan lithium dan barbiturat, misalnya fenobarbital, yang diberikan jangka panjang, dan menyebabkan peningkatan klirens chlorpromazine.[5,13]
Interaksi yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Chlorpromazine
Penggunaan antidepresan golongan trisiklik, misalnya amitriptilin, dapat menyebabkan klirens chlorpromazine menurun, sehingga kadarnya di dalam serum meningkat. Pemberian bersamaan chlorpromazine dengan penghambat CYP1A2, misalnya ciprofloxacin, kontrasepsi oral, dan thiabendazole, dapat menyebabkan peningkatan chlorpromazine plasma. Hal ini dapat membuat pasien lebih rentan untuk mengalami efek samping chlorpromazine.[5,13]
Interaksi yang Menyebabkan Efek Obat Lain Terganggu
Interaksi obat antara chlorpromazine dengan golongan benzodiazepine, opiat, barbiturat, dan lithium dapat meningkatkan efek depresi pada sistem saraf pusat, dan bisa berakibat fatal. Chlorpromazine dapat menurunkan kadar fenitoin serum, menurunkan klirens propranolol, dan meningkatkan kadar asam valproat.
Chlorpromazine dapat menurunkan efektivitas obat antidiabetes, misalnya acarbose atau metformin. Penggunaan chlorpromazine dosis tinggi, misalnya 100 mg/hari, dapat menyebabkan hiperglikemia, serta menurunkan pelepasan insulin.[1,5,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra