Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Campak
Efek samping yang cukup sering dijumpai akibat vaksin campak, baik dalam bentuk monovalen maupun kombinasi, antara lain demam dan ruam kulit. Reaksi alergi, misalnya urtikaria dan anafilaksis, juga dapat terjadi, tetapi jarang. Interaksi obat dapat terjadi antara vaksin campak dengan obat imunosupresan, dan berpotensi menyebabkan terjadinya infeksi campak.
Efek Samping
Efek samping setelah pemberian vaksin campak, dapat berupa efek samping sistemik, misalnya demam atau sakit kepala, juga efek samping lokal pada tempat penyuntikan, seperti nyeri atau bengkak. Pada individu dengan defisiensi sistem imun, dapat terjadi measles inclusion body encephalitis.
Efek Samping Sistemik
Setelah mendapatkan vaksinasi yang mengandung campak, 5–15% individu dapat mengalami demam dengan suhu di atas 39,4°C. Demam dapat muncul 7–12 setelah vaksinasi, dan bertahan 1–2 hari. Namun, risiko terjadinya kejang demam sangat rendah. Risiko kejang demam dapat meningkat pada pada anak-anak dengan riwayat keluarga yang menderita epilepsi. Efek samping sistemik lainnya dapat berupa sinkop, sakit kepala, dizziness, dan malaise.[4,19]
Reaksi Hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas yang pernah dilaporkan setelah vaksinasi campak, antara lain anafilaksis, angioedema, dan spasme bronkial. Insidensi reaksi anafilaksis adalah 1,8–14,4 kasus per 1 juta dosis. Reaksi alergi pada kulit, misalnya urtikaria, eritema multiforme, dan Sindrom Stevens-Johnson juga dapat terjadi meskipun jarang.[4,19]
Reaksi Lokal di Tempat Injeksi
Pada lokasi penyuntikan, dapat timbul efek samping nyeri, rasa terbakar, eritema, edema, dan vesikulasi.[2,4]
Measles Inclusion Body Encephalitis
Pada individu dengan defisiensi sistem imun, pemberian vaksin mengandung campak dapat menyebabkan measles inclusion body encephalitis. Efek samping ini dapat timbul dalam 4–9 bulan pascavaksinasi. Namun, risiko terjadinya ensefalitis akibat vaksinasi jauh lebih rendah dibandingkan pada pasien yang terinfeksi campak secara natural.[4,19]
Interaksi Obat
Interaksi obat dapat terjadi pada pemberian vaksinasi campak bersamaan dengan obat-obatan yang menyebabkan supresi sistem imun, misalnya kortikosteroid atau tacrolimus, serta dengan imunoglobulin atau produk darah lain. Interaksi obat juga dapat memengaruhi hasil tes tuberkulin kulit. Vaksin campak dapat diberikan bersamaan dengan vaksin virus hidup lainnya.
Kortikosteroid dan Obat Imunosupresan
Vaksin mengandung campak tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat-obatan yang memiliki efek supresi sistem imun, misalnya tacrolimus, mycophenolate, atau golongan kortikosteroid yang diberikan dalam dosis tinggi, seperti prednisone. Pemberian bersamaan dapat menyebabkan munculnya penyakit campak.[4,6]
Imunoglobulin dan Produk Darah
Pemberian produk darah yang mengandung antibodi, seperti imunoglobulin, whole blood, atau packed red blood cell tidak boleh dilakukan bersamaan dengan vaksin campak. Hal ini disebabkan karena risiko terjadinya hambatan respon terhadap vaksin akibat adanya antibodi pasif.
Sebaiknya, berikan jarak 3–11 bulan setelah transfusi darah yang mengandung antibodi sebelum memberikan vaksin campak. Hindari pemberian produk darah yang mengandung antibodi dalam 2 minggu pascavaksinasi, kecuali sangat dibutuhkan oleh pasien.[4,6]
Tes Tuberkulin
Vaksin mengandung campak dapat menekan respon tubuh terhadap tes tuberkulin kulit pada pasien yang terinfeksi tuberkulosis. Tes tuberkulin dapat dilakukan sebelum, bersamaan, atau 4 minggu setelah pemberian vaksinasi campak.[4,6]
Vaksin Virus Hidup Lain
Vaksin mengandung campak dapat diberikan bersamaan dengan vaksin virus hidup lainnya. Jika tidak diberikan bersamaan, maka vaksin campak sebaiknya diberikan 1 bulan sebelum atau sesudah pemberian vaksin hidup yang lain guna menghindari gangguan respon imun.[4]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra